REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Komunitas Hong, kelompok pelestari permainan tradisional di Bandung, menjadikan kain sarung sebagai media pewarisan tradisi bagi generasi muda khususnya anak-anak.
"Kain sarung menjadi media alternatif permainan yang memiliki nilai filosofis kehidupan kepada anak-anak termasuk dalam pelestarian permainan tradisional," kata Pendiri Komunitas Hong, Zaini Alif, di Bandung, Ahad (28/6).
Ia mengatakan, adanya kegiatan semacam ini merupakan bentuk kegelisahannya terhadap budaya sarung yang mulai hilang.
Menurut dia, budaya sarung sudah mulai hilang karena banyak hal yang sudah tidak dilakukan oleh anak-anak sekarang.
Ia mencontohkan mengaji sudah tidak di masjid lagi, kemudian sekarang penggunaan sarung sudah mulai digantikan oleh gamis.
"Saya khawatir kain yang menjadi lambang budaya kita ini hilang," kata Zaini, saat ditemui di Bale Handap Selasar Soenaryo.
Zaini menceritakan, sarung dapat dibentuk menjadi beberapa permainan yang menarik dan sangat dekat dengan budaya Indonesia.
"Dulu, Sasarungan dapat dimainkan dalam bentuk momonyetan, ada balon-balonan sampai perahu-perahuan dari sarung. Ini cara mudah bagi anak-anak mengenal budaya bangsa sebagai cerminan diri kita," ujarnya.
Ia menilai, dari permainan Sasarungan, maka anak-anak dapat belajar banyak nilai budaya leluhur mulai dari tolong-menolong, kegunaan sarung yang multifungsi sebagai ritual agama, sunatan, bahkan untuk menggendong orang.
Kegiatan yang sudah berlangsung di Selasar Sunaryo itu sudah tiga hari ini melibatkan anak-anak usia delapan hingga 14 tahun yang berasal dari sekolah-sekolah di Kota Bandung, Jawa Barat.
Penanggungjawab kegiatan dari Selasar Soenaryo, Chabib Duta Hapsoro, mengatakan bahwa akan ada sebuah pertunjukkan kabaret melibatkan peserta juga sarung sebagai medium permainan tradisional.
"Dari tanggal 26 hingga 28 yang dasarnya mereka hanya main-main dengan sarung, mereka akan mempertunjukkan kabaret yang memanfaatkan sarung sebagai medium yang sangat multifungsi," kata Chabib.
Zaini mengatakan pertunjukkan kabaret tersebut berjudul Nagri Kasarung yang menyampaikan kegelisahannya terhadap anak-anak di zaman sekarang.
"Nagri Kasarung berarti negeri yang tersesat, ini menyampaikan ketakutan saya kalau anak-anak nanti menjadi generasi yang tersesat karena tidak tahu jati dirinya," kata Zaini menambahkan.