REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Keraton Kasepuhan bekerja sama dengan pemerintah dan perusahaan asal Korea Selatan berencana membangun peternakan sapi dan perkebunan palawija seluas 30 ribu hektare. Dengan kerja sama tersebut, diharapkan mampu mendukung ketahanan pangan nasional.
Kerja sama dalam proyek yang diberi nama Neo Agricultural City itu tertuang dalam MoU antara Keraton Kasepuhan dengan PT Al-Madina, IBS Korea dan RDA-NIAS. Penandatanganan MoU dilakukan di Keraton Kasepuhan Cirebon, Sabtu (27/6).
Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat menjelaskan, sejak abad ke-15 Cirebon sudah masuk jalur perdagangan sutra dunia. Bahkan pada abad ke-19, Cirebon pernah menjadi salah satu pengekspor gula terbesar dunia.
''Tapi sayang, negara kita saat ini justru devisit gula, garam, beras, daging sapi dan lainnya sehingga harus impor,'' kata Sultan.
Sultan mengungkapkan, melalui kerja sama dengan pemerintah dan perusahaan asal Korea Selatan itu, pihaknya akan membangun perkebunan palawija, di antaranya jagung dan singkong.
Selain itu juga akan dibangun sistem peternakan sapi yang terintegrasi. Yakni mulai dari pengembangbiakan, pemotongan, dan proses pengemasan daging sapi hingga siap didistribusikan, baik untuk lokal maupun ekspor.
Menurut Sultan, proyek Neo Agricultural City itu akan menggunakan lahan seluas kurang lebih 30 ribu hektare. Untuk calon lokasinya, di sekitar wilayah Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Indramayu.
''Akan dibuat FS dulu selama enam bulan. Dari hasil FS ini nanti yang akan menentukan lokasinya,'' terang Sultan.
Sultan menjelaskan, proyek tersebut akan melibatkan 15 ribu orang penggarap/petani/operator. Mereka akan diberikan pelatihan-pelatihan, baik di bidang teknologi pertanian dan teknologi peternakan.
Dalam pelatihan tersebut, mereka akan diajarkan cara penggunaan alat-alat pertanian yang canggih. Selain itu, diajarkan pula teknologi pakan ternak yang sudah diformulasikan khusus untuk dapat melakukan penggemukan sapi secara tepat. Dengan demikian, dapat dihasilkan kualitas daging yang sangat baik.
Menurut Sultan, proyek tersebut akan mendukung program ketahanan pangan, yakni pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri Indonesia bahkan ekspor. Program itupun mendukung program pemerintah Indonesia dalam pangan mandiri dan menghadapi AFTA yang dimulai 2015.
Chairman IBS Korea, Kim Hway Suk mengatakan, pada proyek tersebut akan diterapkan zero energi infrastruktur. Maksudnya, proyek tersebut tanpa menggunakan energi listrik dari PLN. ''Semua bahan dan bibit bahkan limbahnya dimanfaatkan. Tak ada yang terbuang,'' tegas Kim.
Chairman Al-Madina, Erwin Kallo, menambahkan, Cirebon dan sekitarnya dekat dengan ibu kota dan infrastrukturnya juga lengkap. Jika dikaitkan dengan agrikultural, akan membawa manfaat yang besar.
''Ditargetkan 2017 proyek ini bisa berjalan,'' tandas Erwin.