REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Sebanyak 17 titik panas atau "hotspot" mulai terdeteksi di Sumatera Selatan yang perlu diwaspadai agar tidak menyebabkan kebakaran hutan dan lahan.
Berdasarkan pemantauan melalui satelit Terra dan Aqua, dalam beberapa hari terakhir Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Sumatera Selatan mendeteksi belasan "hotspot" yang tersebar di delapan kabupaten/kota, kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten BMKG Sumatera Selatan Indra Purnama di Palembang, Kamis (25/6).
Titik panas yang terdeteksi di wilayah Sumsel itu tersebar di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Musi Banyuasin, Musirawas, Muaraenim, Ogan Komering Ulu (OKU), Kabupaten OKU Timur, dan Kota Lubuklinggau.
Jumlah titik panas tersebut kemungkinan bisa lebih banyak lagi dan terdapat di daerah lainnya, karena kondisi suhu udara di wilayah provinsi ini cenderung memanas dan intensitas curah hujan mengalami penurunan drastis Juni 2015 ini berkisar 101-200 milimeter dari bulan sebelumnya yang mencapai hingga 400 mm, katanya.
Dia menjelaskan, melihat kondisi cuaca/iklim pada musim kemarau ini cukup ekstrem dengan kelembapan udara yang nilainya kurang dari 45 persen, titik panas di wilayah provinsi berpenduduk sekitar 8,6 juta jiwa itu jumlahnya dapat mengalami peningkatan.
"Titik panas yang terdeteksi dalam beberapa hari terakhir, jumlahnya berpotensi terus bertambah karena cuaca di provinsi ini cenderung panas mencapai 35 derajat Celsius," ujarnya.
Masyarakat yang berada di daerah yang terdeteksi terdapat titik panas, diimbau agar meningkatkan kewaspadaan serta pengawasan terhadap lahan pertanian, perkebunan, dan kawasan hutan yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.
Dengan kewaspadaan yang tinggi dan pengawasan lingkungan secara maksimal, diharapkan bisa dicegah terjadinya kebakaran hebat yang bisa menimbulkan kabut asap berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat, serta menimbulkan gangguan penerbangan, pelayaran, serta aktivitas masyarakat lainnya, kata Indra.