Rabu 24 Jun 2015 13:13 WIB

Peneliti Temukan Energi Gempa 9 SR di Mentawai

Rep: umi nur fadhilah/ Red: Esthi Maharani
Kepulauan Mentawai
Foto: .
Kepulauan Mentawai

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Kapal riset milik Amerika Serikat (AS), R/V Falkor yang membawa 10 peneliti dari geofisika kelautan asal Institut de Physique du Globe de Paris (IPGP), Earth Observatory Singapore Nanyang Technological University (EOS-NTU), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), melakukan ekspedisi di kawasan pantai barat Sumatra. Para peneliti tersebut mengklaim menemukan banyak patahan aktif di bagian barat Sumatra, tepatnya di Kepulauan Mentawai.

Peneliti geofisika kelautan dari IPGP dan NTU, Profesor Satish Singh mengatakan, penelitian ini dinamai Mentawai Gap Tsunami Earthquake Risk Assessment (MEGA-TERA). Ia melanjutkan, dua lokasi penelitian, yaitu cekungan Wharton dan kawasan sebelah barat Pulau Siberut.

"Ditemukan banyak patahan aktif di dekat palung dengan arah berbeda-beda, baik di lempeng yang tersubduksi maupun lempeng di atasnya," kata Singh yang juga koordinator tim peneliti saat berada di Gubernuran Sumatra Barat (Sumbar), Selasa (23/6).

Menurutnya, kekuatan gempa yang tersimpan pada pertemuan lempeng dimaksud, mencapai sembilan Skala Richter (SR). Bahkan, kata dia, kekuataanya dapat memicu terjadinya tsunami. Namun, Singh mengatakan, belum bisa memastikan kapan energi tersebut dilepaskan.

"Lempeng itu bergesar 60 milimeter dari selatan ke utara. Biasanya saat itu terkunci akan menyebabkan seperti pegas. Geseran lebih besar. Ketika lempeng bergeser, akan menciptakan tsunami," tutur Singh.

Namun, ia melanjutkan, potensi gempa bisa jadi lebih rendah, sebab kekuatannya sudah ada yang keluar pada 2007 dan 2008.

"Kita beruntung sudah ada gempa 7,8 SR yang menyebabkan tsunami setinggi delapan meter di Pagai. Sehingga potensi tsunami ke depan akan menurun," ujarnya.

Menurutnya, penelitian MEGA-TERA yang dilakukan selama 32 hari ini sangat menarik. Sebab, ia mengatakan, tim peneliti telah berhasil mengambil data seismik beresolusi tinggi dan data paras dasar laut.

"Kami telah mencitrakan dasar laut, yang belum pernah dilakukan sebelumnya," katanya.

Menurut Singh, data-data dari analisis ini, dapat memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap para peneliti untuk mengetahui penyebab alami tsunami yang dibangkitkan gempa di kawasan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement