Rabu 24 Jun 2015 07:00 WIB

39 Penerima Dana Hibah Pemkab Pamekasan Diduga Fiktif

Dana hibah (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Dana hibah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,PAMEKASAN--Sebanyak 39 lembaga pendidikan keagamaan dan tempat ibadah penerima dana hibah Pemkab Pamekasan, Pulau Madura, Jawa Timur, tidak tepat sasaran dan terindikasi fiktif, sesuai hasil temuan tim independen dari pegiat LSM dan aktivis mahasiswa setempat.

"Yang dimaksud fiktif di sini, tidak sesuai dengan peruntukannya, misalnya mushalla pribadi juga menerima bantuan. Selain itu, kami juga menemukan data ganda," kata juru bicara tim pemantau independen dari perwakilan mahasiswa Sauki di Pamekasan, Rabu pagi.

Pada APBD 2015, pemkab memberikan dana hibah kepada 947 mushalla, 232 masjid dan 144 pondok pesantren dengan perincian dana hibah untuk mushalla sebesar Rp4,7 miliar, masjid Rp2,2 miliar, dan lembaga pendidikan pondok pesantren sebesar Rp4,1 miliar.

Dana hibah untuk lembaga pendidikan Islam, masjid, dan mushalla itu sebagai upaya pemerintah untuk membantu menyebarkan syiar Islam, mengingat Kabupaten Pamekasan merupakan satu-satunya kabupaten di Pulau Madura yang telah menetapkan syariat Islam melalui program Gerakan Pembangunan Masyarakat Islam (Gerbang Salam).

Penetapan jumlah lembaga dan tempat ibadah, baik masjid maupun mushalla penerima dana hibah itu pada 16 April 2015 dan sebagian dana telah dicairkan kepada 1.323 lembaga penerima bantuan.

Menurut Kabag Kesra Pemkab Pamekasan Fahmi, lembaga pondok pesantren serta pengelola tempat ibadah yang ditetapkan menerima bantuan dana hibah itu, berdasarkan hasil verifikasi sehingga bantuan dipastikan tepat sasaran.

Namun, hasil temuan tim independen berbeda, karena selain banyak fiktif juga ditemukan mushalla penerima bantuan dana hibah itu ganda, salah satunya mushalla dengan nama Al-Harokah yang beralamat di Jalan Brawijaya, Pamekasan.

Mushallah Al-Harokah terdata pada nomor penerima dana hibah nomor 870 dengan koordinator penerima bernama Kusairi dan pada nomor 876 dengan koordinator penerima bernama Ach Qusairi.

"Tidak mungkin dalam satu alamat ada dua nama mushalla yang namanya persis sama, wong Jalan Brawijaya itu kecil kok, bukan luas seperti desa," katanya.

Mushalla Al-Harokah dengan nama koordinator penerima bantuan Kusairi dan Ach Qusairi itu merupakan satu dari 29 mushalla yang ditemukan tim independen ditengarai fiktif dan salah sasaran.

Selain menemukan data mushalla penerima bantuan ganda, tim gabungan mahasiswa STAIN dan LSM Pamekasan juga menemukan adanya penerima bantuan ganda, antara mushalla dan pondok pesantren, yakni pada lembaga pendidikan Islam bernama Al-Marzuki dengan nomor data penerima bantuan nomor 8 pada data penerima dana hibah pondok pesantren dan yayasan, serta nomor 639 pada data penerima dana hibah untuk mushalla.

"Seharusnya, kalau pondok pesantrennya menerima bantuan, maka mushallanya tidak perlu menerima bantuan. Ini kan berarti ganda, wong namanya sama-sama Al-Marzuki," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement