Selasa 23 Jun 2015 13:24 WIB

Ekspor Jabar Lesu

Rep: Arie Lukhardianti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Rupiah Terus Merosot: Petugas menghitung uang rupiah dan dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Kamis (5/3).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Rupiah Terus Merosot: Petugas menghitung uang rupiah dan dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta, Kamis (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Aktivitas ekspor Jabar terhitung Januari-Mei 2015 mengalami perlambatan. Namun, ekspor diharapkan bisa kembali bergeliat pada periode pertengahan hingga akhir tahun ini.

Menurut Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Indag) Jabar Bismark, banyak faktor yang menyebabkan ekspor mengalami perlambatan. Salah satunya, kondisi ekonomi global yang belum membaik.

"Mulai terlihat dampak dari krisis di Eropa, salah satunya terhadap kegiatan ekspor kita," ujar Bismark kepada wartawan, Selasa (23/6).

Bismark mengatakan, perlambatan terjadi akibat penurunan harga komoditas. Misalnya, pada karet yang mengalami tren penurunan harga hingga menyentuh 3 dolar Amerika per kg. Sedangkan harga karet di tingkat petani, berkisar Rp 8.000-10.000/kg.

Selain penurunan harga, kata dia, pelambatan ekspor juga terjadi akibat kebijakan negara-negara maju yang mulai menerapkan proteksi sangat ketat. Hal ini, menyulitkan barang dari Indonesia untuk masuk ke pasar di negara tersebut.

Menurut Bismark, negara maju melakukan proteksi demi melindungi industri di dalam negerinya masing-masing. Mereka khawatir, serbuan barang impor akan menghambat pertumbuhan industri lokal. "Negara maju melakukan proteksi, barang dari Indonesia menjadi sulit untuk masuk kesana," katanya.

Beban para pelaku ekspor, kata dia,  semakin bertambah karena pemerintah menaikan bea ekpor. Kebijakan tersebut, dianggap kurang mendukung gerak bisnis pelaku ekspor kelas kecil dan menengah yang masih dalam tahap rintisan.

Kegiatan ekspor juga terganggu, kata dia, akibat pergerakan kurs rupiah yang terus melemah terhadap dollar Amerika Serikat. "Saat ini, banyak masalah yang dihadapi pelaku para ekspor," katanya.

Meski turun, Bismark optimistis gerak ekspor Jabar di triwulan II, III dan IV akan kembali meningkat. Hal ini berkaca dari pencapaian ekspor Jabar Januari-November 2014 yang mencapai USD25 miliar atau naik 3,39 persen dibandingkan periode yang sama 2013.

Bismark berharap, pemerintah pusat ikut membuka ruang bagi pelaku ekspor. Salah satunya, dengan membangun hubungan perdagangan langsung dengan negara tertentu. Cara ini dilakukan Malaysia yang melakukan kerjasama dengan Vietnam dan Thailand. "Kerja sama langsung dengan negara tertentu akan memudahkan bagi pelaku kita untuk masuk," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Statistik dan Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar, Dody Gunawan Yusuf mengatakan nilai ekspor Jabar periode Januari-Mei 2015 4,13 persen lebih rendah jika perbandingannya dengan periode yang sama tahun lalu. Sebagai gambaran ekspor di bulan Mei sebesar 2,1 miliar dolar Amerika sedangkan April 2,22 miliar dolar Amerika.

"Selain Jabar, perlambatan kinerja ekspor juga terjadi secara nasional terutama untuk non migas," katanya. NArie

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement