REPUBLIKA.CO.ID,PANGANDARAN -- Nelayan di pesisir selatan Kabupaten Pangandaran menghadapi musim angin timur. Pada musim angin timur anginnya lebih kencang dan ombaknya lebih tinggi sehingga menyulitkan nelayan melaut.
Sekretaris Dinas Kelautan Pertanian dan Kehutanan (KPK) Kabupaten Pangandaran Gumilar mengatakan, musim angin timur diperkirakan berlangsung sejak April sampai Agustus. Sangat berisiko bagi nelayan jika tetap memaksakan diri melaut pada saat cuaca buruk.
“Risikonya, kapal nelayan bisa terbawa hanyut ke tengah laut lepas atau alat tangkap ikan rusak. Ini berbahaya bagi keselamatan mereka,” kata Gimilar kepada Republika, Ahad (21/6).
Akibatnya para nelayan harus memilih waktu yang tepat untuk melaut. Sehingga ikan hasil tangkapan nelayan pun menurun. Berdasarkan hasil monitoring di tempat pelelengan ikan (TPI) dari tujuh kecamatan di Kabupaten Pangandaran, produksi dan nilai produksi ikan terus menurun. Di Maret produksi ikan hanya 115.749 kg dan nilai produksinya berkisar Rp 3,4 miliar dari sebelumnya yang mencapai Rp 4,8 miliar. Sedangkan pada April hanya Rp 2,8 miliar.
Misno (47 tahun), nelayan asal Parigi mengatakan, kondisi cuaca pada sepekan terakhir masih memungkinkan untuk melakukan aktivitas penangkapan. Ketinggian ombak berada dikisaran satu meter. Namun kondisi alam pada awal Juni sangat tidak mendukung.