Kamis 18 Jun 2015 12:24 WIB
Engeline Tewas

Saksi-Saksi Kasus Engeline Dipertanyakan

Aksi 1.000 lilin untuk Angeline di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (11/6) malam.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Aksi 1.000 lilin untuk Angeline di Bundaran HI, Jakarta, Kamis (11/6) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pengacara Margriet Christina Megawe, Hotma Sitompul mempertanyakan latar belakang dan motivasi tiga saksi baru dihadirkan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Denpasar. P2TP2A menghadirkan tiga saksi dalam kasus dugaan penelantaran anak oleh Margriet terhadap Engeline, Kamis (18/6).

"Tanya dulu ini orang (saksi) siapa dulu. Ada rasa sakit hati tidak?. Jangan-jangan dulu melakukan kesalahan di rumah itu (rumah Margriet) terus diusir," katanya ditemui di Markas Polda Bali, Kamis (18/6).

Pihaknya saat ini tengah mengumpulkan data-data terkait pendapat yang dinilai tanpa bukti yang dilontarkan para aktivis di P2TP2A. Termasuk Ketua Komisi Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait. Namun pihaknya belum bisa memutuskan apakah akan mengadukan hal tersebut kepada pihak kepolisian.

"Kami harus kumpulkan dulu data-data. Kami tidak semudah itu mengadukan orang," ucapnya.

Sebelumnya P2TP2A Denpasar menghadirkan tiga orang saksi terkait kasus dugaan penelantaran anak dengan tersangka Margriet Christina Megawe. Ketiga saksi itu yakni Yudith, Franky, dan Laura tiba di Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Bali, sekitar pukul 10.15 WITA. Mereka sebelumnya diterbangkan dari Balikpapan, Kalimantan Timur pada Rabu (17/6) untuk memberikan kesaksian yang memberatkan Margriet.

Ketiganya, kata petugas P2TP2A Denpasar, Siti Sapurah, pernah tinggal di kediaman Margriet di Jalan Sedap Malam Nomor 26 Denpasar pada periode Desember 2014 hingga Maret 2015. "Mereka tinggal di kamar yang berada di lantai atas," ucap Siti.

Satu dari tiga orang tersebut yakni Laura merupakan kerabat Margriet. Menurut Siti Sapura, ketiga memberikan kesaksian terhadap perilaku wanita berusia 60 tahun itu karena kerap melakukan penganiayaan, penelantaran dan pemberian makanan yang tidak layak kepada bocah malang itu.

"Engeline kerap dipukul, dibentak," kata Siti.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement