REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT, KALTENG -- Banjir di dua kecamatan kawasan hulu utara Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, makin meluas meski banjir di beberapa desa lainnya berangsur surut.
"Cuaca di wilayah utara Kotawaringin Timur itu masih mendung dan sering turun hujan. Selasa kemarin hujan kembali turun, sehingga ada tambahan dua desa di Kecamatan Telaga Antang yang terendam. Dua desa itu yakni, Desa Tukang Langit dan Desa Tumbang Sangai. Ini saya masih di perahu memantau langsung kondisi banjir," kata Kepala Bidang Kedaruratan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Timur Sutoyo yang berada di lokasi banjir saat dihubungi dari Sampit, Rabu (17/5).
Banjir awalnya merendam ratusan rumah di 10 desa di Kecamatan Antang Kalang sejak Jumat (12/6) lalu. Sepuluh desa tersebut yaitu Desa Tumbang Kalang, Kuluk Telawang, Tumbang Ngahan, Tumbang Hejan, Tumbang Rame, Buntut Nusa, Tumbang Gagu, Tumbang Manya, Tumbang Gagu dan Sungai Puring. Banjir di sebagian kecamatan ini berangsur surut.
Banjir juga merendam enam desa di Kecamatan Telaga Antang yakni Desa Rantau Katang, Luwuk Kowan, Tumbang Banjani, Tumbang Boloi, Tumbang Mangkup, dan Rantau Tampang. Kabar terbaru, dua desa lainnya juga terendam yaitu Desa Tukang Langit dan Desa Tumbang Sangai.
Rabu pagi, tim dari BPBD Kotim bersama Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kotim turun memantau banjir. Namun, mereka datang tanpa membawa bantuan padahal masyarakat membutuhkan bantuan setelah ratusan rumah mereka terendam banjir.
Sutoyo menjelaskan, tim masih mendata kondisi di lapangan karena laporan dari pihak kecamatan tidak rinci, padahal laporan itu dibutuhkan agar bantuan yang dibawa nantinya benar-benar sesuai yang dibutuhkan korban banjir. Setelah pendataan, dia meyakinkan bantuan segera disalurkan karena sudah disiapkan.
"Prosedurnya memang seperti itu. Kami tidak bisa langsung mengirim bantuan tanpa mengecek kebenarannya. Jangan sampai kami memberi bantuan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat saat ini," ujarnya.
Dia menjelaskan, saat ini banjir mulai surut, namun aktivitas warga masih lumpuh di titik-titik terparah. Jika sebelumnya ketinggian air mencapai dua meter, saat ini tersisa antara satu hingga satu setengah meter sehingga masih banyak rumah terendam.
Jalan-jalan sekitar permukiman penduduk dan jalan penghubung antardesa belum bisa dilintasi kendaraan. Saat ini hanya alat transportasi sungai yang bisa digunakan untuk menjangkau desa-desa.