Kamis 18 Jun 2015 00:03 WIB

Profesionalitas TNI di Bawah Jenderal Gatot Nurmantyo

KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo.
Foto:

Praktis pada 2015 ini ada dua program pokok utama Angkatan Darat. Ke dalam meningkatkan pembinaan satuan. Dan keluar, serbuan teritorial. Yang dimaksud serbuan teritorial, Angkatan Darat harus berada di semua lini kehidupan masyarakat, secara serempak, cepat, serius, ikhlas, serta berkoordinasi dengan instansi pemerintah. “Angkatan Darat harus merebut hati dan pikiran rakyat!” tegas Gatot.

Bukan cuma keluar saja. Namun untuk pembinaan satuan, Gatot menargetkan peningkatan kualitas prajurit. Misalnya melaksanakan latihan raider untuk 12 batalion infanteri lintas udara, sehingga kelak menjadi Yonif Para Raider yang berkemampuan linud, raider, dan ranger.

Bagi satuan tempur dan bantuan tempur, wajib menguasai bela diri militer hingga sabuk hitam atau Dan 1. Gatot tidak main-main, karena ia juga menjadi Ketua Umum Federasi Yongmoo-do Indonesia (FYI) dan Ketua Umum Federasi Olahrafa Karate-do Indonesia (Forki).

Terakhir, pada acara apel komandan satuan di Balai Kartini, Mei 2015 lalu. Ia bukan hanya memberikan penghargaan kepada satuan tempur dan bantuan tempur terbaik hasil tim pengawasan dan evaluasi Binsat 2015. Jenderal Gatot juga memberikan sanksi kepada tiga komandan batalion dengan penilaian terendah. Celakanya, salah satu batalion itu adalah Yonif 320 Badak Putih, Pandeglang, Banten. Gatot pernah menjadi komandan kompi senapan B di batalion tersebut.

Pencopotan tiga komandan batalion itu memang kontroversial, tetapi Gatot memiliki alasan. “Semoga pemberian reward ini dapat meningkatkan motivasi dan semangat pengabdian untuk selalu berprestasi dengan lebih baik lagi,” kata KSAD.

Sejumlah perwira menengah mengakui Jenderal Gatot tegas bahkan kejam dalam hal penilaian. Kondisi tersebut membuat mantan Panglima Kostrad ini disegani anak buahnya. Termasuk disegani militer dunia saat lomba menembak Angkatan Darat di Australia, baru-baru ini.

Dari 50 medali emas yang diperebutkan, TNI AD berhasil meraih juara umum dengan 30 me dali emas, 16 perak, dan 10 perunggu. Jauh mengungguli Australia, Amerika, Inggris, Kanada, Jepang, dan lain-lain yang justru dikenal memiliki persenjataan canggih.

Australia hanya meraih lima emas, Amerika empat emas, dan Inggris tiga emas. Karena perolehan medali yang begitu jauh, Amerika, Inggris, dan Australia me minta senjata SS2 buatan Pindad yang di gunakan penembak TNI AD dibongkar.

Permintaan itu membuat Gatot murka. Ia menolak permintaan tersebut. Kecuali, jika semua senjata dari 15 negara peserta di bongkar seluruhnya, bukan cuma milik Indonesia saja. Di situ Gatot menunjukkan harga dirinya sebagai bangsa, sangat tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement