Kamis 18 Jun 2015 00:03 WIB

Profesionalitas TNI di Bawah Jenderal Gatot Nurmantyo

KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo.
Foto: Antara
KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Republika

Bunyi dering telepon semakin nyaring terdengar. Di layar monitor telepon genggam, tertera nama Gatot Nurmantyo, Jenderal. “Halo, assalamua laikum... Dek, saya belum sempat baca tulisannya di koran Republika. Mohon bisa dikirimkan ke email, saya sedang kunjungan kerja di luar Jakarta,” kata Jenderal Gatot Nur mantyo kepada penulis dalam sebuah kesempatan.

Ya, Gatot seperti tiada kenal lelah mengunjungi anak buahnya di berbagai penjuru Tanah Air. Nyaris tiada minggu tanpa melakukan kunjungan kerja. Namun ia tetap mengikuti perkembangan berita, khususnya penilaian tentang TNI. Sejak dilantik menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara pada 25 Juli 2014, Gatot langsung tancap gas.

Ia seperti enggan menggunakan rem dalam bekerja. Begitu Presiden Joko Widodo mengumandangkan Nawa Cita atau sembilan agenda prioritas pemerintahannya, Jenderal lulusan Akademi Militer tahun 1982 itu langsung ‘mencuri’ start.

Ia membuat program serbuan teritorial untuk membantu pemerintah mewujudkan ketahanan pangan. “Untuk membantu mewujudkan swasembada pangan dalam kurun waktu tiga tahun,” jelas lelaki kelahiran Tegal, Jawa Tengah, 13 Maret 1960 itu.

Sebagai tentara, Gatot memang menguasai persoalan teritorial. Salah satu ciri militer Indonesia yang membedakan dengan militer dunia lainnya.

Pengalamannya di bidang teritorial, membuatnya cepat beradaptasi dengan lingkungan dan masalah-masalah kerakyatan. Begitu juga pengalamannya sebagai guru militer atau pendidik membuatnya cepat tanggap dan cerdas menangkap program pemerintahan.

Maka tidak mengherankan, ia meru pakan pimpinan tentara yang paling cepat bisa menerjemahkan program Nawa Cita pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla. Gatot membawa Angkatan Darat seperti pelari sprint dengan nafas pelari marathon. Mengumpulkan para komandan satuan dan memerintahkan Kodam, Korem, Kodim, Koramil, hingga Babinsa untuk membantu pemerintah mewujudkan ketahanan pangan.

Bukan cuma komando satuan kewilayahan saja. Tetapi satuan tempur dan satuan bantuan tempur serta satuan bantuan administrasi juga diminta cepat tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Kini bukan sesuatu yang aneh lagi, jika melihat banyak tentara, khususnya Angkatan Darat berada di ladang pertanian rakyat. Malakukan panen bersama dan membantu penyaluran beras miskin ke sejumlah desa maupun kelurahan seluruh Indonesia.

TNI Angkatan Darat bukan saja akrab dengan senjata, kini juga akrab dengan alatalat pertanian, seperti cangkul atau pacul, sekop, sabit atau arit, dan traktor persawahan. Kelemahan otonomi daerah, ketika ada sekat antara Kementerian Pertanian dan dinas-dinas pertanian di provinsi maupun kabupaten atau kota, justru dimanfaatkan TNI AD untuk melakukan serbuan teritorial. Banyak tentara menjadi asisten dari para penyuluh pertanian di desa-desa. Sesuatu yang baru bagi TNI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement