Selasa 16 Jun 2015 23:58 WIB

NU: Islam Indonesia adalah Agama yang Ramah

ISIS
Foto: Reuters
ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam Indonesia adalah agama yang ramah dan rahmatan lil alamin. Dengan kata lain, Islam Indonesia tidak mengenal radikalisme dan terorisme. Segala tindakan atau gerakan radikalisme dan terorisme yang mengatasnamakan Islam adalah bohong dan harus enyah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Kita harus terus fokus menguatkan Islam Indonesia sebagai agama yang ramah. Untuk itu saya berharap, para generasi muda agar benar-benar konsen dengan masalah ini, agar radikalisme dan terorisme tidak memiliki ruang berkembang di Indonesia," ujar Wakil Ketua Umum PBNU KH As’ad Said Ali di acara Workshop Penguatan Jaringan Anti-Radikalisme di Dunia Maya untuk Ulama Muda yang digelar Nahdatul Ulama (NU) Online bersama  Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Selasa (16/6).

Ia menilai, radikalisme justru lebih berbahaya dibandingkan dengan terorisme. Kalau radikalisme berkurang, maka terorisme otomatis juga berkurang. "Paham radikalisme dan terorisme telah menjadikan generasi muda sebagai target penyebaran paham mereka, baik itu melalui secara langsung maupun dengan memanfaatkan kecanggihan di dunia maya," papar KH As’ad.

Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Dr Ali Musthafa Ya’qub, MA menambahkan, dalam Islam tidak kekerasan, apalagi radikalisme dan terorisme.

"Anggapan itu sama sekali tidak benar. Dalam Islam itu ada namanya amar ma’ruf nahi mungkar. Tapi orang sering salah menafsirkan maknanya karena ketidaktahuannya. Dan ketidaktahuan itu mungkin yang membuat dia merasa pandai. Begitu membaca satu hadis langsung dipahami dengan makna yang berbeda dari yang sebenarnya. Padahal  ajaran Islam tidak seperti itu," kata dia.

Ali Musthofa menyambut dialog terkait pencegahan paham radikalisme dan ISIS yang bertujuan memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran Islam kepada generasi muda dan pelajar. Karena anak-anak itu mempunyai dua potensi, yakni baik dan tidak. "Ini adalah potensi yang baik agar anak didik itu dapat memahami makna Islam di Indonesia yang sebenarnya,” ujarnya.

Sementara itu Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Agus Surya Bakti mengatakan, institusinya selalu proaktif mendatangi berbagai lembaga, terutama perguruan tinggi dan sekolah untuk berdialog dan memberi wawasan yang benar kepada generasi muda, mahasiswa, dan pelajar. Tujuannya agar tidak terjadi pembelokan keyakinan, aqidah dan pemahaman oleh mereka.

"Mahasiswa dan pelajar adalah target utama dalam propaganda radikalisme, terutama ISIS. Untuk itu, mereka harus diberikan pemahaman yang benar. Jangan sempai mereka termakan propaganda para pelaku teror, apalagi mereka bergabung dengan ISIS," papar Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement