REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjanji untuk segera menetapkan tanggal Hari Santri Nasional yang sampai saat ini belum mendapatkan titik temu dan kesepakatan dari para alim ulama di Indonesia.
Presiden Jokowi saat membuka acara Musyawarah Alim Ulama NU dan Istighotsah menyambut Ramadhan 1436 H di Masjid Istiqlal Jakarta, Ahad (14/6) mengatakan alasan hari santri sampai saat ini belum ditetapkan karena banyak usulan yang berbeda-beda dari berbagai kalangan umat Islam.
"Kenapa sampai sekarang belum putus-putus karena usulan harinya macam-macam," kata Jokowi di hadapan sekitar 40.000 warga NU dari berbagai wilayah.
Ia mencontohkan ada yang mengusulkan Hari Santri pada 1 Muharram, ada pula tanggal lain, bahkan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH, Said Aqil Siradj mengusulkan pada 22 Oktober sebagai Hari Santri.
Jokowi mengaku menampung seluruh usulan itu dengan berbagai alasan dan latar belakang yang diusulkan.
"Tadi Pak Kyai (Said Aqil Siradj) usul 22 Oktober, tapi biasanya (apa yang dikatakan) Pak Kyai itu manjur," katanya.
Jokowi berjanji akan berdiskusi langsung dengan Menteri Agama agar segera menyelesaikan proses yang diperlukan sehingga Hari Santri dapat segera ditetapkan.
"Segera diproses, semua setuju, masuk ke meja saya, saya segera tanda tangani. Ini belum sampai ke meja saya. Saya kemarin datang ke pesantren ditanyain hari santrinya kapan, belum, ya memang belum," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Said Aqil Siradj mengusulkan agar Hari Santri Nasional (HSN) ditetapkan pada 22 Oktober, karena wacana HSN pada tanggal 1 Muharram merupakan hari yang diperingati Muslim seluruh dunia sebagai tahun baru Islam tersebut.