REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) konsisten mempertahankan kesan sederhana yang sudah terlanjur melekat pada dirinya. Kesan itu juga yang ingin Jokowi tampilkan dalam pesta pernikahan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, dengan Selvi Ananda.
Kesan sederhana pertama ditunjukkan Jokowi dengan menunjuk ketua RT sebagai saksi nikah dari pihak laki-laki. Ketua RT yang bertindak sebagai saksi nikah Gibran-Selvi tak lain adalah adalah ketua RT di kediaman Presiden sendiri. Dia adalah Ahmad Yani, ketua RT 08 RW 07, Desa Sumber, Banjarsari, Solo.
Pantauan Republika, resepsi pernikahan Gibran-Selvi pada siang hari pun relatif sederhana untuk ukuran pejabat, apalagi setingkat presiden. Dekorasi pernikahan terbilang standar, tak ada warna yang dominan. Penghibur acara pun bukan dari kalangan artis, hanya gamelan Jawa, tarian tradisional dan live band lokal.
Pakaian adat Jawa yang dikenakan pengantin diketahui dirancang dan dijahit oleh desainer lokal langganan Ibu Negara Iriana. Bukan dari desainer langganan artis dan pejabat yang biasa muncul di televisi.
Makanan yang dihidangkan saat resepsi siang hari didominasi menu tradisional, seperti selat Solo, tengkleng sapi, nasi liwet, nasi tumpeng dan jamu beras kencur. Tak ada menu western seperti lasagna atau dim sum. Satu-satunya menu yang mencolok hanyalah martabak manis 16 rasa hasil kreasi Gibran sendiri.
Memenuhi janjinya, Jokowi juga tak menaruh kotak amplop di depan pintu masuk. Pun tak ada tumpukan kado dari para undangan. Souvenir untuk tamu juga hanya taplak batik biasa.
Perbedaan mencolok hajatan keluarga Jokowi dengan rakyat biasa mungkin hanya pada kereta kencana yang digunakan pengantin. Selvi datang dari kediamannya menuju Graha Saba Buwana, tempat akad nikah, dengan kereta kencana. Adapun Gibran berjalan kaki. Jarak dari kediaman kedua mempelai ke lokasi acara hanya sekitar 250 meter.
Usai resepsi siang hari, barulah kedua pengantin menaiki kereta kencana menuju kediaman untuk beristirahat. Di kereta kencana yang sama, juga ikut orang tua dari pihak laki-laki, Jokowi-Iriana. Sementara orang tua Selvi menaiki mobil.
Selain kereta kencana, hal lain yang membedakan dengan hajatan rakyat biasa terlihat dari jumlah undangan. Kedua mempelai setidaknya menyebar 4.000 undangan. Karena gedung yang dipakai hanya berkapasitas 2.000 orang, maka resepsi pun dibagi dua sesi, siang dan malam hari.
Jumlah 4.000 undangan sebenarnya tak aneh mengingat yang menikah adalah anak presiden. Namun, yang membedakan, Jokowi ikut mengundang masyarakat dari berbagai kalangan, mulai dari paguyuban tukang cukur sampai paguyuban pedagang Pasar Notoharjo.
Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Pandjaitan menyebut kesederhanaan yang ditampilkan Jokowi dalam hajatannya itu harus dicontoh pejabat lainnya.
"Ini merupakan sebuah fenomena baru dan menjadi contoh buat para pejaba-pejabat negara untuk melakukan pernikahan dengan tidak wah," ujarnya yang hadir saat resepsi.
Senada dengan Luhut, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti juga memuji hajatan yang digelar Jokowi. Menurutnya, Jokowi telah menunjukkan sebuah pesta yang bisa dinikmati rakyat jelata.
"Jadi masyarakat merasa ikut punya hajat juga," ungkapnya.
Meski pesta yang digelar relatif sederhana, Jokowi sampai harus bolak-balik Jakarta-Solo tiga pekan jelang hajatan tersebut. Sekretaris Pribadi Jokowi, Anggit Nugroho mengungkapkan, tiap akhir pekan selam tiga minggu terakhir Presiden bolak-balik ke kampungnya demi memastikan semua persiapan jelang pernikahan berjalan lancar.
"Sebagian besar persiapan itu lebih banyak dikontrol Ibu (Iriana), Bapak hanya terakhir terlibat," kata Anggit yang sudah menjadi staf Jokowi sejak masih menjabat sebagai wali kota Solo tersebut.
Jokowi, sambung Anggit, juga sempat memimpin rapat panitia pernikahan yang disebut kumbo karnan sepekan jelang hari H.
Masih menurut Anggit, hajatan keluarga Istana itu dipersiapkan oleh panitia hanya dalam waktu dua bulan. Sebelum itu, persiapan ditangani sendiri oleh keluarga.