REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan gubernur DKI Jakarta Letjen (Purn) Sutiyoso diajukan menjadi calon tunggal kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Sutiyoso dinilai lebih baik dibanding nama yang sebelumnya dikabarkan juga menjadi calon kepala BIN, yaitu As'ad Said Ali.
Ketua Setara Institute, Hendardi menilai walaupun berasal dari dunia militer karakter Sutiyoso lebih pada masyarakat sipil biasa. Apalagi, ia pernah menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta selama dua periode.
"Sutiyoso mungkin adalah jawaban Jokowi atas penolakan sejumlah nama yg sebelumnya beredar," kata Hendardi kepada Republika, Rabu (10/6).
Menurut dia, As'ad yang berasal dari masyarakat sipil, tapi memiliki jiwa sangat militersitik. Hal itu dinilainya tidak baik untuk organisasi BIN.
Hendardi sebelumnya juga menyebutkan As'ad bukanlah orang bersih meski disorong oleh Nahdlatul Ulama. Karena, menurut dia, As'ad diduga terlibat baik secara langsung atau tidak langsung pada pembunuhan aktivis Munir ketika menjadi wakil kepala BIN pada 2004.
Dia menyatakan, kepatuhan BIN haruslah hanya pada negara, Pancasila dan Konstitusi RI. Sutiyoso, kata dia, harus buktikan bahwa dirinya layak jadi Kepala BIN lewat kinerjanya jika nanti disetujui DPR.
Jabatan Kepala BIN sama seperti panglima TNI, kapolri memang selalu menimbulkan kontroversi karena merupakan posisi strategis dan menimbulkan dampak berefek. Sebelumnya Setara Institute juga menolak Fachrul Razi dan Sjafrie Sjamsoeddin sebagai calon kepala BIN karena dinilai juga memiliki masalah baik dalam politik dan HAM.