REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan dani Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Margana menilai masalah salah sebut tentang tempat kelahiran Sukarno jangan sampai menimbulkan hal yang negatif. Menurutnya, siapapun harus mengetahui sesuai fungi sejarah yang positif.
“Karena hingga saat ini fungsi sejarah sebagai nilai moral,” kata Sri kepada ROL, Ahad (7/6). Ia menambahkan, fungsi sejarah yang lain adalah sebagai legitimasi.
Lebih lanjut ia menjelaskan, fungsi nilai moral itu agar bisa melihat sejarah sebagai pelajaran dan pengalaman lampau. Namun, jika fungsi sejarah sebagai legitimasi cenderung kearah yang negatif.
“Legitimasi sejarah akan dimanfaatkan untuk kepentingan politik. Entah itu kepentingan individu, kelompok atau partai politik dan sebagainya,” ungkap Sri.
Menurutnya, masyarakat harus mengikuti sejarah yang berdasarkan pada fakta moral. Hal tersebut sebagai cermin pelajaran kehidupan selanjutnya yang dilihat dari kebenaran.
“Tidak peduli kebenaran itu pahit atau manis, sejarah tidak selalu peristiwa yang baik atau buruk. Nah ini memperlihatkan satu-satunya nilai sejarah itu hanyalah nilainya. Maka untuk masalah tempat lahir Sukarno harus sesuai dengan sejarah yang sebenarnya,” jelas Sri.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo salah menyebut tempat kelahiran Bung Karno. Berpidato di makam presiden pertama itu, Jokowi mengaku hatinya selalu bergetar berada di Blitar sebagai tempat kelahiran Sukarno. Jokowi pun menjadi bulan-bulanan publik.