REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persoalan tempat lahir Sukarno yang salah disebutkan oleh Presiden Joko Widodo di Blitar bukan tanpa ada hubungan sama sekali. Menurut sejarawan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Margana, Blitar ada kaitannya karena Sukarno dikuburkan di sana.
“Ya bagaimanapun Blitar memang penting, tapi tidak cukup penting bagi Sukarno,” kata Sri kepada ROL, Ahad (7/6). Menurutnya, hal tersebut bisa dilihat dari bagaimana Sukarno dulu ingin dimakamkan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, Sukarno sendiri sebelum meninggal menginginkan untuk dikuburkan di sekitar daerah Priangan, Jawa Barat. Hal tersebut ia jelaskan berdasarkan buku autobiografi Sukarno yang ditulis oleh Cindy Adams dengan wawancara langsung.
“Dari situ sendiri sudah menunjukan bahwa Sukarno sendiri tidak memandang Blitar menjadi bagian yang penting. Oleh karena itu segala sesuatu yang berkaitan dengan Blitar dan Sukarno hanya interpretasi,” jelas Sri.
Menurutnya, orang-orang yang menginterpretasikan Sukarno, termasuk Soeharto yang memilih Blitar sebagai tempat pemakaman Sukarno hanya karena orang tuanya. Soeharto memilih Blitar karena orang tua Sukarno sempat tinggal di Blitar.
Selain itu, menurut Sri, pemakaman Sukarno di Blitar juga karena ada alasan politik. Hal tersebut karena status Sukarno dulu masih menjadi tahanan politik.
“Jadi menurut saya mungkin penting Blitar dengan Sukarno karena secara orde baru dia dikuburkan di sana. Maka dia dan Blitar dianggap penting, namun hal tersebut tidak cukup kuat karena toh Sukarno tidak menginginkan untuk dikubur di sana,” ungkap Sri.