Kamis 04 Jun 2015 03:30 WIB

Warga Sleman Ini Terpaksa Tinggal di Kandang Sapi dan Ayam

Rep: c97/ Red: Satya Festiani
Kandang Sapi (ilustrasi)
Foto: AFP
Kandang Sapi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Purwanto (37) bersama istri dan kedua anaknya tinggal di kandang sapi dan ayam yang dimodifikasi menjadi rumah. Karena itu, aroma kotoran hewan cukup menyengat di sekitar rumah yang terletak di Dusun Kepitu RT 5, RW 18, Desa Trimulyo, Kecamatan Sleman.

Purwanto memgaku sudah tinggal di tempat tersebut selama enam tahun. Kondisi ini terpaksa ia jalani karena tidak ada lagi tempat tinggal yang bisa mereka huni.

Purwanto dan keluarganya harus mandi di kali karena tidak punya jamban. Selain itu sambungan listrik pun masing menumpang pada tetangga. Ditambah ia selalu kebingungan untuk mengungsi saat terjadi hujan lebat dan angin kencang. Sebelumnya ia merantau ke Jakarta selama enam tahun. Tapi karena tidak berhasil, akhirnya ia kembali ke tempat mertuanya di Sleman. "Awalnya mau kembali ke rumah orang tua di Wonosari. Tapi tidak jadi. Malu," ungkapnya pada awak media saat ditemui di rumahnya, Rabu (3/6).

Meskipun tinggal di kandang sapi, ternyata hewan tersebut bukan miliknya. Purwanto hanya mengurusinya saja.

Saat tinggal di Jakarta dulu, ia memboyong istrinya, Ani Sudarwati (34) dan juga putri bungsunya, Andini Puspitasari (11). Karena setiap hari hasil kerjanya selalu terpakai untuk kebutuhan keluarga, ia tidak pernah bisa menabung. Akhirnya, Purwanto pulang ke Jogja tanpa bekal yang banyak.

Pria asli Wonosari, Gunung Kidul ini akhirnya menempati tanah kosong milik kas desa dengan biaya sewa Rp 120 ribu per tahun. Sebab di rumah mertuanya sudah ada Kakak Ipar.

Dengan uang dua juta rupiah, Purwanto pun membangun rumah berdinding bambu dan beratap seng di tanah seluas 48 meter persegi itu. Selama ini keluarganya terus bertahan tinggal di rumah tersebut. Meskipun tidak begitu menyenangkan, setelah tiga tahun tinggal di kandang sapi, Purwanto memiliki anak ke dua. "Karena ada anak-anak jadi semangat," ujarnya.

Saat ini, putra keduanya, Hafiz Pandu Faturohman, sudah berusia tiga tahun. Sedangkan anak sulungnya tumbuh kembang menjadi murid berprestasi di sekolah. Setiap tahun Andini selalu menjadi juara kelas. Melihat kedua anaknya yang semakin tumbuh besar, Purwanto berkeinginan untuk memiliki rumah yang layak huni. "Anak pertama juga minta dibangunkan rumah yang layak. Karena banyak temannya yang ingin belajar bersamanya. Malu kalau rumahnya seperti ini," tutur Purwanto.

Sudah lima tahun terakhir Purwanto bekerja sebagai penjual mie ayam dan bakso. Setiap harinya ia mengumpulkan uang untuk membangun rumah. "Setidaknya sehari bisa kumpul Rp 50.000 sampai Rp 70.000. Kalau ramai sampai Rp 90.000," tutur Purwanto menceritakan kondisinya.

Saat ini keluarga Purwanto sudah diusulkan untuk mendapat bantuan renovasi rumah oleh Kepala Dusun Kepitu. Bahkan sudah ada petugas yang menyurvei rumahnya. "Sudah tiga minggu lalu diusulkan, tapi sampai sekarang belum ada kabar lagi," ujar Purwanto.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement