Rabu 03 Jun 2015 17:49 WIB

Simulasi Evakuasi Kapal Terbakar, Korban Gagal Diselamatkan

Rep: C81/ Red: Ilham
Kapal terbakar.  (ilustrasi)
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Kapal terbakar. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Tim SAR Gabungan bersama TNI Angkatan Laut dan sejumlah instansi maritim Provinsi Banten melakukan simulasi penanganan kecelakaan kapal di tengah laut. Simulasi ini disaksikan langsung oleh Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Danlantamal) III Jakarta Laksamana Pertama (Laksma) TNI, Aguk Dwi Wahyu.

Dalam simulasi ini dikondisikan bahwa Kapal Motor Penumpang (KMP) Port Link V yang baru saja lepas jangkar dari Pelabuhan Merak, Kota Cilegon terbakar di perairan selat sunda. Asap tebal tampak membumbung tinggi dari kapal besar yang biasa melayani penumpang dari Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung, bahkan para penumpang pun terpaksa terjun ke laut untuk menyelamatkan diri menggunakan jaket pelampung.

Nahkoda kapal pun segera mengirim sinyal bahaya dan meminta pertolongan yang ditangkap oleh TNI AL. Pihak TNI AL langsung berkoordinasi dengan berbagai macam pihak, termasuk dari Search And Rescue (SAR) Banten untuk memberikan pertolongan.

Evakuasi korban dilakukan melalui darat dan udara. Meski berhasil mengevakuasi sebagian besar penumpang, namun sayang masih terdapat nyawa penumpang yang gagal diselamatkan.

Menurut Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar), Laksamana Muda TNI Ahmad Taufiqurohman, Indoneia merupakan Negara maritim yang bisa kapan saja terjadi kecelakaan laut. Karena itu semua pihak harus siap dengan keadaan tersebut.

"Negara kita berada di dalam satu area yang kemungkinan terjadi bencana besar. Lalu lintas kita, baik itu di laut dan udara juga padat. Jadi, kemungkinan kecelakaan itu juga sangat besar. Oleh sebab itu kita coba buat latihan, dengan melibatkan seluruh komponen, tidak hanya Angkatan Laut saja, untuk berlatih bersama," katanya di Dermaga V, Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Rabu (3/6).

Kegiatan simulasi ini juga berkaitan dengan kemanusiaan dan tentunya langkah cepat untuk menyelamatkan korban kecelakan di tengah laut. “Tidak boleh terlambat guna menyelamatkan manusia,” ungkapnya.

Dia menambahkan, dalam konteks persoalan ini, petugas harus memperhatikan unity of effort, yaitu kesatuan upaya seluruh pihak dengan mengerahkan semua aset. Melalui kegiatan ini, diharapkan ada pemahaman prosedur tetap dan tujuan bersama untuk mengeliminir ego sektoral. "Kita tidak menghendaki ada golongan yang mencari nama di atas penderitaan orang lain,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement