Ahad 31 May 2015 21:54 WIB

Tiga Tahun di Indonesia, Rohingya Ini Mengerti Derita para Pengungsi

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Ilham
Puluhan imigran etnis Rohingya, Myanmar dan Banglades berdoa usai melaksanakan shalat berjamaah di lokasi penampungan Imigrasi kelas I khusus Medan, Sumatera Utara, Jumat (29/5).
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Puluhan imigran etnis Rohingya, Myanmar dan Banglades berdoa usai melaksanakan shalat berjamaah di lokasi penampungan Imigrasi kelas I khusus Medan, Sumatera Utara, Jumat (29/5).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Sejak pertengah lalu, lebih dari seribu pengungsi Myanmar yang merupakan etnis Islam Rohingya berlabuh di Indonesia. Setelah terkarung-katung di laut lepas mereka berhasil oleh nelayan Aceh.

Melihat kondisi pengungsi Rohingya yang sangat memprihatinkan, pemerintah Indonesia pun akhirnya mau untuk menampung mereka. Bala bantuan dari pemerintah maupun pihak swasta silih berdatangan guna menyelamatkan kehidupan mereka.

Dukungan dan doa untuk kebaikan Rohingya pun tak hanya dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Warga Rohingya yang telah lebih dulu berada di Indonesia sangat berharap saudara mereka yang terdampar di Aceh bisa mendapatkan bantuan. Pasalnya, mereka tahu persis bagaimana kondisi yang dirasakan warga Rohingya yang diselamatkan nelayan aceh tersebut.

"Saya juga merupakan etnis Rohingya yang pergi dari Myanmar dengan bantuan kapal. Saya tahu apa yang meraka rasakan karena saya pernah mengalami kejadian seperti itu," ungkap Muhammad Toyib, Ahad (31/5).

Pria yang telah menetap di Indonesia selama tiga tahun sebagai imigran ini menuturkan, semakin banyak warga Rohingya yang pergi dari Myanmar memberikan sinyal bahwa pemerintahan Myanmar masih banyak melakukan kekejian terhadap etnis Rohingya. Padahal dia sangat berharap Myanmar bisa segera menerima keberadaan etnis mereka agar.

Namun, dengan kejadian yang telah berlangsung di Aceh, Toyib sangat berharap pemerintah Indonesia mau menampung sementara dan memberikan bantuan agar warga Rohingya nantinya bisa meneruskan perjalan untuk menuju negara ketiga, seperti Australia. Dia pun mengatakan, sejauh ini dirinya selalu berdoa untuk etnis Rohingya baik yang sudah ada di Indonesia maupun di Myanmar agar bisa selamat dari kejadian maut di Myanmar.

Senada, Muji Burhaman mengatakan, dirinya sangat berharap agar warga Rohingya yang baru terdampar minimal mendapatkan pertolongan seperti dia. Meski sampai dua tahun pemerintah Indonesia maupun pihak Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) belum memberikan jaminan kapan mereka akan diberangkatkan ke negara suaka, Burhaman meminta etnis Rohingya yang baru terdampar bisa ditampung dan diberikan kelayakan seperti masyarakat Rohingya yang telah lebih dulu berada di Indonesia.

"Kasian kita ini, kita punya negeri tidak aman, gaduh, kacau, Negara tidak jelas. Mau kemana lagi kalau kita tidak mencari tempat seperti ini (Indonesia) atau negara lain," ujar Burhaman.

Meski demikian, Burhaman menyebut, tetap memiliki keinginan kuat untuk pergi ke Australia sebagai negara ketiga untuk dia mencari kehidupan lebih layak. Hal ini karena saat dia berada di Indonesia, dia merasa tidak bisa mengembangkan diri. Kebijakan Indonesia yang tidak bisa menampung imigran membuat dia berharap banyak agar pemerintah Indonesia bisa membantu warga Rohingya untuk segera berangkat meninggalkan negara ini. "Jangan sampai kita dibiarkan terlalu lama di sini," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement