Rabu 27 May 2015 19:00 WIB

Batuan Candi Kalasan Alami Pelapukan

Rep: C97/ Red: Yudha Manggala P Putra
Candi Kalasan.
Foto: Antarafoto
Candi Kalasan.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Batuan Candi Kalasan mengalami pelapukan. Selain karena usianya yang sudah tua, proses kimia tersebut disebabkan oleh rembesan air hujan yang masuk pada celah-celah bangunan.

Saat ini candi mengalami kemiringan satu derajat ke arah tenggara, akibat gempa 2006. Kondisi tersebut menyebabkan retakan bangunan semakin merekah dan menyisakan celah-celah besar.

Sebab itu, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY melakukan kajian terhadap candi kalasan untuk mengurangi dampak pelapukan yang bisa menimbulkan kerusakan.

Kepala BPCB DIY, Tri Hartono menjelaskan konstruksi Candi Kalasan berbeda dengan candi lainnya. "Pada tahap kontruksi dulu, orang Belanda menggunakan semen sebagai perekat. Padahal semen itu mengandung kapur," kata Tri di ruang kerjanya, Rabu (27/5).

Karena atap Candi Kalasan belum ditemukan, lubang bagian atas hanya ditutup dengan lapisan polikarbonat. Maka, air hujan bisa bebas masuk ke dalam candi.

"Karena kandungan kapur di bebatuannya terkena air hujan, penggaraman pun terjadi lebih cepat. Sehingga batu mengelupas dan lapuk," tutur Tri. Kondisi ini semakin diperparah dengan air tanah yang kerap menggenangi kawasan candi pada musim hujan.

Kepala Kelompok Kerja (Kapokja) Pemeliharaan BPCB, Harry Trisatya Wahyu menjelaskan, posisi candi agama budha ini terletak di bawah permukaan jalan raya, irigasi, dan tanah penduduk. Hal ini memudahkan air masuk ke areal candi. Bahkan, saat hujan candi bisa terendam sekitar 40 sentimeteran.

Harry mengemukakan, rekahan batu banyak ditemukan pada bagian atas candi. Adapun bagian candi yang miring, yaitu bilik barat dan timur. Untuk memperbaikinya, saat ini Tim Kajian Konservasi Pelestarian Candi Kalasan akan memilih alat perekat yang sesuai dengan sifat bebatuannya.

Harry mengatakan, penentuan media rekat ini harus benar-benar tepat. Ia tidak ingin peristiwa di Candi Prambanan terulang. Pacagempa 2006, Candi Prambanan mengalami perekahan. Sela-sela rekahan ini diisi oleh material yang memiliki daya perekat kuat.

"Akibatnya  ketika mengalami getaran, alat perekatnya utuh, batunya malah pecah. Maka, untuk Candi Kalasan ini kita akan memilih alat perekat yang ramah dengan stuktur bangunannya," kata Harry.

Proses kajian candi setinggi 35 meter itu terus berlangsung hingga 15 Juni. Sedangkan pemugarannya akan dilaksanakan tahun depan. Harry menuturkan, kondisi Candi Kalasan masih tetap aman untuk lima tahun ke depan.

Akumulasi kerusakan baru dapat dirasakan 50 tahun ke depan. "Lama-lama candinya bisa mrotok (turun). Karena bilik barat dan timur tidak mampu menahan gaya grafitasi ke samping," katanya.

Keunikan Candi Kalasan sendiri terletak pada lapisan relief yang disebut brajalepa. Menurut Harry lapisan ini membuat relief jadi tampak bersinar seperti mutiara saat terkena sinar bulan purnama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement