REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perubahan iklim yang kian ekstrem mebuat sejumlah gulma pembawa penyakit semakin invasif. Para ahli memeringatkan hal ini akan memicu demam berkepanjangan, khususnya pada orang-orang dengan alergi parah.
Para peneliti dari University of Leicester mencontohkan tanaman ragweed atau Ambrosia artemisiifolia aslinya berasal dari Amerika Utara. Namun, gulma ini menyebar cepat hingga ke seluruh bagian Eropa sejak 1960-an.
Gulma ini memang masih langka di Inggris, namun hamburan serbuk sarinya pada 2050 diperkirakan menimbulkan banyak penderita demam di Inggris.
Serbuk sari tanaman tidak hanya menginduksi reaksi alergi parah, namun juga memperluas demam dari musim panas ke musim gugur. Gulma adalah pemicu alergi yang jauh lebih kuat dibandingkan rumput sehingga mengancam kesehatan masyarakat.
"Perubahan iklim dan penyebaran benih ragweed ini ke depannya akan meningkatkan konsentrasi serbuk sarinya di udara dan akhirnya meningkatkan kejadian dan prevalensi alergi di masyarakat," ujar pimpinan peneliti, Dr Lynda Hamaoui-Laguelfrom, dilansir dari the Guardian, Selasa (27/5).
Ancaman ragweed ini sementara akan menyerang di Eropa bagian utara, Prancis Utara, dan Inggris Selatan. Penyebaran serbuk sarinya bisa meningkat hingga 12 kali lipat.
Ragweed adalah tanaman gulma yang aktif memproduksi serbuk sari. Tanaman ini mampu menghasilkan satu miliar butir serbuk sari per musim. Serbuk sari ini bisa terbang hingga ratusan mil dan cukup tangguuh bertahan dimusim dingin.