Rabu 27 May 2015 11:21 WIB

Pengurus RW tak Responsif, Dua Anak Meninggal Akibat DBD

Rep: c 01/ Red: Indah Wulandari
Pengasapan untuk mencegah penyakit demam berdarah. DBD termasuk salah satu KLB.
Foto: Antara
Pengasapan untuk mencegah penyakit demam berdarah. DBD termasuk salah satu KLB.

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Dalam kurun waktu berdekatan, lima anak di kelurahan Maleer, Batununggal, Bandung terserang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Dua di antaranya meninggal dunia setelah mendapat perawatan di rumah sakit.

Jatuhnya korban akibat DBD ini dinilai warga akibat respon pengurus RW yang kurang baik dalam pelaksanaan fogging. Padahal, sepekan lalu, warga sempat meminta agar RW melakukan pengasapan.

"Respon dari RW sangat tidak enak," ungkap salah satu warga Edi Koswara saat ditemui di Jalan Maleer V, Selasa (26/5).

Edi menyatakan, saat ia meminta RW melakukan fogging minggu lalu, pihak RW menyatakan bahwa fogging tidak efektif dalam mengatasi nyamuk demam berdarah. Pihak RW, lanjut Edi, juga beralasan bahwa fogging bisa memicu munculnya jentik-jentik nyamuk.

Berdasarkan keterangan Edi, ada lima anak yang terserang DBD dalam kurun waktu berdekatan di wilayahnya. Dua di antaranya meninggal dunia, yaitu Hasan (7) dan Muhammad Zafran (6,5 bulan). Hasan meninggal dunia pada Sabtu lalu (23/5) di RS Pindad sedangkan Zafran meninggal dunia pada Selasa (26/5) di rumah sakit yang sama.

Edi menyatakan dua ank lainyang terserang DBD saat ini konisinya sudah pulih dan sudah dipulangkan dari RS Keluarga Limijati.

Keduanya mendapatkan perawatan di rumah sakit kurang lebih selama satu minggu. Saat ini, masih ada satu anak lagi yang terserang DBD dan masih dalam perawatan di RS Muhammadiyah.

Terkait respon negatif dari pengurus RW, hal senada juga diungkapkan oleh Ketua RT 02 Gandi Sugandi. Gandi mengaku telah menerima keluhan warga terkait nyamuk DBD serta fogging dan menyampaikan keluhan tersebut kepada pengurus RW.

Pasalnya, anak-anak yang terserang DBD terus bertambah jumlahnya. Akan tetapi, Gandi menyatakan dirinya juga tidak mendapatkan respon yang baik. Kepadanya, pengurus RW hanya menyatakan bahwa fogging masih berproses karena tidak ada uang kas.

"Untuk fogging, kata RW harus bayar Rp 800 ribu," jelas Gandi.

Mendengar hal tersebut, warga lainnya, Thara Tiffani, tidak tinggal diam. Melalui jejaring sosial Twitter, ia mengadukan hal tersebut kepada Ridwan Kamil dan juga Dinas Kesehatan Kota Bandung. Thara bersyukur karena mendapatkan responyang cepat dari Dinas Kesehatan Kota Bandung.

"Dari Dinkes kemarin langsung ke sini, lalu hari ini langsung ada fogging," terang Thara.

Mendengar kabar tersebut, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil terlihat terkejut dan langsung mengambil tindakan.

Ridwan menyatakan, sudah seharusnya pengurus kewilayahan mulai dari tingkat RT bersikap responsif terhadap keluhan warga. Ridwan mengimbau agar warga yang mengalami hal serupa dapat langsung melaporkan hal tersebut kepadanya melalui jejaring sosial.

"Saya prihatin dan akan tindaklanjuti hari ini," tegas Ridwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement