Selasa 26 May 2015 23:26 WIB

Beras Sintetis Bukti Negara Belum Berdaulat Pangan

Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN Ferry Mursyidan Baldan.
Foto: Antara
Menteri Agraria dan Tata Ruang/BPN Ferry Mursyidan Baldan.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN, Ferry Mursyidan Baldan menilai isu beras sintetis atau mengandung bahan plastik yang mengguncang Indonesia sebagai bukti bahwa negara belum berdaulat pangan, sehingga tidak mampu mencukupi diri sendiri.

"Beras plastik mengguncang negara kita, karena kita tidak punya kemampuan memproduksi. Kalau kita sudah bisa mencukupi diri sendiri, tidak perlu khawatir lagi dengan isu-isu itu," kata Ferry dalam kuliah umum di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (26/5).

Menurut Ferry, kalau dikomparasikan isu beras sintetis merupakan kepalsuan, sejauh ini masyarakat tidak mengetahui apakah pasar-pasar menghasilkan beras yang diproduksi dari dalam negeri atau yang lain. "Ketangguhan bernegara ketika negara itu berdaulat pangan," kata Menteri.

Ia mengatakan, kedaulatan pangan yang dimaksudkan bukan diartikan mampu membeli apapun yang dibutuhkan, mengimpor semua yang diperlukan, tetap kemampuan memproduksi sendiri kebutuhan pangan masyarakatnya. Ketergantungan Indonesia terhadap impor, lanjut Ferry akan sangat membahayakan, apabila negara terlibat ketegangan hubungan dengan negara lain. Sehingga ketika dilakukan embargo, maka negara akan mengalami guncangan.

"Kalau sempat terjadi ketegangan hubungan antar negara dan diembargo, kalau yang diembargo pangan, maka celakalah kita," ujar menteri. Ferry mengatakan, persoalan kedaulatan pangan sangat berkaitan dengan agraria, dimana ketersediaan lahan pertanian yang semakin berkurang menjadi persoalan utama dalam mewujudkan swasembada pangan.

Namun, lanjut Ferry, persoalan agraria tidak akan selesai selama data mengenai luas lahan pertanian yang berproduksi yang masih tersedia, dan kecukupan lahan untuk memenuhi kebutuhan pangan belum dimiliki secara detail oleh pemerintah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement