Selasa 26 May 2015 23:29 WIB

Malaysia Minati Batu Akik Fosil Semarang

Batu Akik Galih Kelor, Batu Akik Fosil Khas Semarang
Foto: Bukalapak.com
Batu Akik Galih Kelor, Batu Akik Fosil Khas Semarang

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARAMG -- Terlepas dari khasiat supranatural batuan fosil ini, Slamet menjelaskan Galih Asem dan Galih Kelor temuannya tidak bisa diremehkan kekerasannya dibandingkan batuan lainnya, apalagi pada bagian yang mengkristal.

Pemesan batu akik Galih Asem dan Galih Kelor garapan Slamet tersebar dari berbagai daerah, seperti dari Batam, Surabaya, Pulau Bintan, Kepulauan Riau, sampai yang terjauh pembeli dari Malaysia. "Dari Batam kemarin ambil (beli, red.) 200 biji, Surabaya 150 biji, dan Pulau Bintan 70 biji. Dari Malaysia, baru saja ambil 12,5 kodi. Satu kodinya kan 10 biji, ya, sekitar 250 biji," katanya.

Meski demikian, sampai sekarang Slamet enggan menyebutkan tempatnya mengambil batu-batuan itu karena khawatir terjadi eksploitasi besar-besaran yang akan merusak dan membahayakan masyarakat sekitar.

"Tempatnya saya tahu. Namun, saya tidak mau menyebutkan. Ada kok banyak di sekitar Semarang, ada juga yang di lereng sebuah permukiman. Kalau itu dikeruk, permukiman bisa terkena longsor," katanya.

Oleh sebab itu, Slamet sampai sekarang pun tidak mau mengutak-atik lereng itu, tetapi memilih mengambil batuan yang ada di sebuah jurang dengan kedalaman sekitar 12 meter di sebuah lokasi di Kota Semarang.

Lain hanya Lilik, warga Semarang yang juga memperkenalkan batu akik dari fosil. Namun, jenis fosilnya dari hewan moluska, seperti golongan siput yang ditemukannya di kawasan Goa Kreo, Gunungpati, Semarang.

Pria bernama asli Agus Suhardi itu juga mengaku kerap bertapa sebelum kemudian menemukan batuan unik itu yang konon berkhasiat untuk kesehatan. Namun, awalnya dirinya tidak mengetahui jenis batuan itu.

"Sekitar 2002, saya sering menyendiri dan bertapa di daerah itu (Goa Kreo, red.). Di situ, ada sebuah batu besar yang saya jadikan tempat duduk waktu semedi," kata pria yang akrab disapa Mbah Lilik itu.

Dalam perjalanan spiritualnya, pria berusia sekitar 60 tahunan itu mengaku bermimpi yang menunjukkan batu yang didudukinya saat bertapa itu merupakan batu istimewa untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

"Mungkin karena saya tinggal di hutan, masyarakat sekitar menganggap saya orang pintar dan sebagainya. Akhirnya, minta tolong kalau ada yang sakit. Awalnya, saya bingung. Namun, saya ingat mimpi itu," katanya.

Akhirnya, Mbah Lilik menggunakan batu itu sebagai sarana untuk menolong, yakni dengan mencelupkannya batu itu ke air dan kemudian diminumkan kepada orang yang menderita sakit, dan ternyata banyak yang sembuh.

Dari awalnya hanya membawa bongkahan kecil, Mbah Lilik mengaku sekarang ikut memproduksi batu akik dari fosil moluska untuk mengenalkannya batu khas Goa Kreo itu kepada masyarakat seiring dengan "booming"-nya batu akik.

"Jauh sebelum 'booming' sekarang ini. Saya belum tahu itu batu apa, baru tahu, ya, baru-baru ini. Setelah diteliti ahli geologi museum ini, ternyata batu ini adalah jenis fosil moluska," kata Mbah Lilik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement