Sabtu 23 May 2015 19:21 WIB

Pemerintah Lamban Lakukan Pengujian Beras Sintetis

Walikota Bekasi Rahmat Effendi menunjukan sample beras bercampur bahan sintetis usai memberikan keterangan pers hasil uji laboratorium beras sintetis di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (21/5).
Foto: Antara/Risky Andrianto
Walikota Bekasi Rahmat Effendi menunjukan sample beras bercampur bahan sintetis usai memberikan keterangan pers hasil uji laboratorium beras sintetis di Bekasi, Jawa Barat, Kamis (21/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah dinilai lambat untuk memeriksa dan mengumumkan hasil uji sampel beras diduga berbahan plastik yang ditemukan di Bekasi, kata Ngadiran Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia.

"Saya mohon kepada para ahli yang terkait dengan hasil ini, kalau bisa dipercepat kenapa diperlambat? Teknologi sudah canggih kenapa bisa lama?" keluh Ngadiran pada sebuah diskusi tentang beras sintetis di Jakarta, Sabtu.

Ngadiran mengatakan kabar tentang beras tersebut membuat sejumlah pedagang pasar tradisonal kehilangan kepercayaan dari masyarakat sehingga meminta Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) segera mengumumkan hasil uji itu secepatnya.

"Menunda mengumumkan satu jam bahkan sampai satu hari sangat mempengaruhi usaha para padagang. Kalau ditunda satu hari lagi maka omset akan menurun lagi," katanya.

Sementara itu, Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Nellys Soekidi juga mendesak BPOM segera mengumumkan hasil dan kepolisian segera menemukan motif dibalik itu.

"Saya pikir harus dipercepat karena masyarakat yang menjadi korban. Tidak ada toleransi untuk zat berbahaya, karena ini kebutuhan pokok," katanya.

Di sisi lain, Yusni Emilia Harahap Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian meminta masyarakat untuk tenang menunggu hasil uji dari BPOM dan tetap percaya kepada penjual beras tradisional.

"Mari kita bangga mencintai produk pertanian lokal karena aman dan sehat apalagi ini adalah pangan utama kita," kata Yusni.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement