REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran menyampaikan pedagang kecil di pasar tradisional merupakan pihak paling dirugikan akibat adanya isu beras sintetis yang muncul dalam satu minggu terakhir.
"Situasi seperti ini sasaran tembak sebenarnya adalah 'wong cilik' (orang kecil), pedagang yang ada di pasar tradisional," kata Ngadiran dalam acara diskusi "Polemik: Kejahatan Beras Sintetis", di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, selain isu beras sintetis, sebenarnya isu apa pun yang berkaitan dengan bahan makanan berbahaya memiliki dampak yang sangat besar terhadap pedagang di pasar tradisional.
Misalnya saja isu tahu berformalin, bakso boraks, oplosan daging celeng, dan lain sebagainya, ia menambahkan.
Terlepas dari benar atau tidaknya isu tersebut, ujarnya, sudah sewajarnya masyarakat juga harus lebih berhati-hati dalam memilih bahan makanan.
"Ini seperti ada penggerusan ke pasar tradisional. Kita harus menjaga jangan sampai pasar tradisional semakin ditinggalkan oleh pembelinya," ujar Ngadiran.
Akan tetapi merebaknya isu beras sintetis juga membawa dampak positif, masyarakat bisa lebih berhati-hati dalam membeli bahan makanan, begitu juga dengan penjual agar lebih selektif dalam menjual dagangannya.
"Dengan seperti ini kita bisa lebih cerdas, lebih waspada. Tadinya beli tahu atau beras asal beli saja, tapi sekarang bisa kita tes dulu saat membeli, tanyakan kualitasnya seperti apa," ujar Ngadiran.
Isu beras sintetis pertama kali muncul ketika seorang warga Bekasi Dewi Septiani yang melaporkan dan mengunggah foto beras yang diduga sebagai beras sintetis ke media sosial.
Kejadian tersebut bermula ketika ia memasak beras yang dibelinya di sebuah pasar di Bekasi pada tanggal 13 Mei 2015 dan menemukan keganjilan pada beras tersebut, yaitu tidak matang dan menyatu, dan memiliki bau yang tidak wajar.
"Kalau diamati, bentuk berasnya juga berbeda. Beras asli punya guratan di luarnya, dan ada mata putihnya. Sedangkan yang ini (diduga beras sintetis) tidak ada guratan dan polos," ujar Dewi dalam kesempatan yang sama