REPUBLIKA.CO.ID, WONOGIRI -- Musim kemarau sudah datang. Tanda-tanda bencana musiman kekeringan mulai terasa di daerah paling pinggir pantai Selatan, Kabupaten Wonogiri, Jateng.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri melaporkan, meski musim kemarau baru mulai berjalan, namun ketersedian air bersih mulai menipis. Malah, salah satu telaga yang ada di Desa Gambirmanis, Kecamatan Pracimantoro mulai menyusut.
Dari hasil pantauan BPBD Kabupaten Wonogiri, akhir pekan lalu ketersedian air bersih warga Gambirmanis diperkirakan mencukupi hingga 30 sampai 45 hari ke depan.
"Kita perlu melakukan antisipasi sejak ini," kata Kepala BPBD Kabupaten Wonogiri Bambang Haryanto, Sabtu (23/5).
Menurut Bambang, selama ini masyarakat sudah terbiasa menggunakan air hujan untuk keperluan sehari-hari. Seperti biasa, air hujan itu ditampung di bak-bak penampungan di sekitar rumah. Bak penampung air dimiliki setiap warrga, baik yang dibangun pemerintah, donatur maupun sebagian milik pribadi.
"Sumber air bersih di wilayah desa setempat tidak ada. Hanya ada telaga yang menampung air. Sekarang, persediaan air telaga sudah mulai menyusut kapasitas dan volumenya," ujarnya.
Untuk mengantisipasi bencana kekeringan, BPBD telah melakukan berbagai upaya. Seperti, melakukan koordinasi dengan camat dan kepala desa. Khususnya, daerah rawan kekeringan. BPBD juga menerjunkan anggota melakukan pengecekan bak-bak penampungan air hingga memantau telaga yang ada.
BPBD berharap warga untuk segera melaporkan kebutuhan air, serta memetakan wilayah terdampak guna penanganan lebih lanjut.
Kabupaten Wonogiri yang setiap tahun mengalami dilanda bencana kekeringan telah dipetakan. Dari 25 wilayah kecamatan di Wonogiri, terdapat sekitar tujuh kecamatan yang mengalami kendala air bersih.