Kamis 21 May 2015 17:57 WIB
Beras plastik

Sidak Beras 'Plastik', Petugas Justru Temukan Apel Berlilin

Rep: C01/ Red: Bayu Hermawan
Beras Plastik..Ilustrasi
Foto: Antara/Wira Suryantala
Beras Plastik..Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Berita terkait peredaran beras sintetis yang mengandung bahan plastik meresahkan masyarakat. Hal itu mendorong Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan-KP) Kota Bandung menggiatkan pengawasan penjualan beras di pasar hingga swalayan.

Namun bukan beras plastik yang ditemukan, saat melakukan sidak komoditas pangan di salah satu swalayan Kota Bandung, Distan-KP justru menemukan apel impor berlapis lilin.

Apel impor yang dicek oleh Distan-KP Kota Bandung ialah apel Ambrosia asal Amerika. Kandungan wax atau lilin yang melapisi apel impor tersebut ditemukan dengan cara mengerik lapisan kulit apel dengan pisau.

Kandungan wax yang cukup banyak ditemukan di apel impor jenis fuji yang diimpor dari Cina. Selain itu, kandungan wax yang tidak terlalu banyak juga ditemukan di buah pir impor.

"Disarankan dikupas, karena cukup banyak lilinnya," ujar Kepala Distan-KP Kota Bandung Elly Wasliah di salah satu swalayan di kawasan Kiara Condong, Bandung, Kamis (21/5).

Meski ditemukan adanya wax yang melapisi buah impor, Elly menyatakan masyarakat tidak perlu khawatir. Pasalnya, wax tersebut aman dikonsumsi dalam kadar tertentu. Wax, lanjut Elly, dibutuhkan untuk melapisi buah impor yang harus melalui perjalanan jauh agar tidak membusuk di jalan.

Elly menyatakan kandungan wax atau lilin di kulit buah impor tidak bisa hilang dengan cara dicuci. Karena itu, Elly menyarankan agar masyarakat mengupas kulit apel atau buah impor lainnya terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.

Mengingat buah impor membutuhkan wax untuk menjaga kualitas buah selama masa distribusi, Elly mengimbau agar masyarakat lebih memilih buah lokal.

Sebab, buah lokal tidak memerlukan wax atau lilin untuk melapisi selama masa pendistribusian. Karena itu, kulit buah lokal seperti apel lebih aman untuk dikonsumsi.

"Karena itu, cintai produk Indonesia," tambah Elly.

Kepala Bidang Pengawasan Mutu Hasil Pertanian Distan-KP, Umi Safitri, menyatakan wax berfungsi sebagai pengawet bagi buah impor selama proses distribusi yang biasanya memakan waktu tiga sampai empat bulan.

Meski dapat dikonsumsi, wax tetap berperan sebagai pengawet. Umi menyatakan jika wax dikonsumsi terus-menerus dapat berdampak negatif untuk tubuh.

"Jadi disarankan wax itu dibuang saja kulitnya, karena itu memang wax untuk pengawetan," jelasnya kepada Republika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement