REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi mengaku geram dengan beredarnya beras sintesis yang mengandung senyawa polyvinyl chloride.
Pria yang akrab disapa Pepen itu mengaku telah melaporkan kasus beras oplosan tersebut kepada pihak kepolisian, dan berharap untuk segera melakukan penyelidikan lanjutan.
Setelah Pepen melakukan pemeriksaan terhadap 7 pasar yang ada di Bekasi, ia mengatakan sejauh ini beras sintetis itu hanya ditemukan di Pasar Tanah Merah Mutiara Gading Timur, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi.
"Sejauh ini baru ada di Pasar Mutiara Gading, sedangkan daerah lain belum kami temukan. Kalau ada, mungkin masih berada di jalur distribusi," ujarnya di kantor Walikota Bekasi, Kamis (21/5).
Pepen menjelaskan bahwa pihaknya telah menginstruksikan kepada Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi (Disperindagkop) Kota Bekasi untuk terus mengawasi peredaran beras tersebut.
"Saya menduga beras berbahaya ini berjalan secara terselubung di jalur distribusi," katanya.
Selain itu, Pepen menghimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada dalam memilih beras yang hendak dibeli. Ia mengatakan ciri-ciri beras berbahan senyawa tersebut yaitu berwarna bening dan tidak memiliki guratan. Sedangkan beras asli memiliki guratan (serat) dan berwarna putih susu.
"Apabila beras asli dihancurkan, maka timbul bubuk putih seperti kapur berarti ada karbohidrat. Sedangkan yang sintetis, tidak akan timbul bubuk putih tersebut," jelasnya.
Sedangkan menurut Kabag pengujian PT Sucopindo, Adisam ZN, mengatakan bahwa sebenarnya beras tersebut tidak seperti yang dibayangkan orang selama ini.
"Beras tersebut mengandung senyawa yang bisa membuat orang sakit perut. Kalau orang biasa sulit untuk mengedintifikasi beras tersebut, kecuali orang-orang yang memang dekat dengan beras," katanya.