REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto Siregar menguraikan sejumlah penyebab keberadaan beras sintetis berbahan plastik di pasaran. Di antaranya, disebabkan produksi beras nasional yang masih sangat kurang.
"Ada sejumlah penyebab, tapi ini semua diawali dari harga beras nasional yang tinggi karena pasokan produksi yang masih minim," ujarnya, Kamis (21/5).
Faktanya, kata dia, harga beras dalam negeri masih 30 persen lebih tinggi dibandingkan dengan harga beras di pasar Internasional. Hal tersebut kemudian mendorong pengusaha beras dan importir berjualan beras dengan modal rendah lewat pembelian ke pasar Internasional yang memang harganya jauh lebih murah.
Kemudian, lanjutnya, beras-beras tersebut dioplos dengan beras biasa dan dijual dengan harga tinggi di pasar domestik. Keadaan tersebut, lanjut dia, juga dimanfaatkan orang yang jahat otaknya untuk mengoplos beras sintetis berbahan plastik ke beras biasa agar keuntungan yang didapatkan semakin berlimpah.
"Misalnya porsi beras biasa 60 persen dan beras sintetis 40 persen," ujarnya.
Makanya, lanjut Hermanto, kecil kemungkinan beras-beras bermasalah tersebut masuk lewat jalur resmi. Ketika penjagaan belum ajeg, sementara kedaulatan pangan belum diperoleh, Indonesia menjadi rentan disasar produk berbahaya. Kejadian ini pun, kata dia, seharusnya jadi pelajaram buat pemerintah agar lebih meningkatkan pengawasan di jalur masuk perdagangan.