REPUBLIKA.CO.ID, PAPUA -- Listrik merupakan barang mahal bagi warga di Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Bagaimana tidak, untuk mengisi daya baterai pada handphone saja, warga yang tinggal di pedalaman Puncak Jaya harus membayar Rp 20 ribu.
Carolus, salah satu warga pendatang yang kini menetap di Mimika, Papua, menuturkan wilayah pegunungan di Puncak Jaya memang belum dialiri listrik PLN. Kondisi itu dimanfaatkan oleh warga pendatang yang memiliki modal besar untuk membuat pembangkit listrik dari tenaga surya. Dari situlah listrik dijual pada masyarakat setempat.
Namun, warga harus rela membayar mahal demi bisa menikmati listrik. Untuk mengisi daya baterai ponsel sampai penuh saja, warga harus membayar Rp 20 ribu.
"Di sana listrik memang tidak ada, tapi sinyal telepon ada. Masyarakat juga punya handphone," kata Carolus saat berbincang dengan Republika, Rabu (20/5).
Pembangunan infrastruktur di wilayah Kabupaten Puncak Jaya memang tertinggal jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Papua. Akses yang sulit menjadi salah satu alasannya.
Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya saat ini tengah dalam proses membangun tujuh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Diharapkan, proyek yang menelan anggaran Rp 12 miliar untuk satu PLTA itu dapat segera menerangi rumah-rumah warga di Kabupaten Puncak Jaya.