REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Seratusan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syech Maulana Hasanudin, Banten, melakukan aksi unjuk rasa di depan gedung kampus di Jalan Jendral Sudirman, Ciceri, Serang. Aksi ini dilakukan untuk mengingatkan pemerintah Jokowi-JK atas kinerja mereka, sekaligus memperingati hari kebangkitan Nasional.
Pada aksi ini, Mahasiswa menuntut Jokowi-JK mundur lantaran kebijakan yang dikeluarkan selama ini tidak pro rakyat, bahkan lebih tepatnya membebani rakyat. “Selama pemerintahan Jokowi-JK, kita belum merasakan kebijakan yang pro rakyat. Karena itu kita menuntut Jokowi mundur,” kata Kordinator aksi, Ahi Hakim, di sela-sela aksinya, di Kota Serang, Rabu (20/5).
Aktifis dari Gerakan Mahasiswa Indonesia (GMI) Cabang Provinsi Banten bersama ratusan mahasiswa IAIN ini sempat bentrok dengan aparat kepolisian lantaran memblokir jalan Jendral Sudirman. Akibatnya, jalanan sempat lumpuh beberapa saat yang mengakibatkan aparat kepolisian mengalihkan arus lalu lintas.
Aparat kepolisian bermotor yang membawa gas air mata beserta tamengnya mendorong ratusan mahasiswa tersebut hingga ke dalam kampus IAIN SMHB. Bahkan, beberapa mahasiswa yang dianggap memprovokatori keributan sempat diamankan polisi, dan mendapat beberapa pukulan dari aparat.
Mahasiswa pun sempat membalas aksi polisi yang menarik rekannya tersebut dengan lemparan batu dibarengi dengan teriakan agar rekannya tak ditangkap. Hingga akhirnya rekan mereka dilepaskan kembali.
Setelah rekannya dilepaskan polisi, aksipun kembali dilakukan. Mahasiswa sempat memblokir kembali jalan di depan kampus. Namun, setelah mediasi dengan aparat kepolisian, mahasiswapun kembali membuka jalan.
Mahasiswa juga menuntut Jokowi untuk menyelesaikan permasalahan bangsa yang tidak juga terselesaikan. “Kita menuntut nasionalisasi aset, berantas mafia migas, tingkatkan mutu pendidikan bangsa, awasi kebijakan program pemerintah dan stabilkan perekonomian nasional,” katanya.
Mahasiswa yang kesal dengan pemerintahan menyatakan bahwa Jokowi jangan sampai melupakan Nawacita, Trisakti, dan Revolusi Mental yang sebelumnya selalu di gaungkan. Jika hal tersebut dilupakan, berarti Jokowi-JK telah mengakhiri mimpi 250 juta masyarakat Indonesia untuk sejahtera.
"Namun dalam kenyataannya, mimpi dan rakyat sirna termakan janji yang tak kunjung ditepati dan tersimpan rapih di dalam laci kabinet Jokowi-JK," kata Hakim.