REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Tokoh-tokoh agama Hindu di Bali, mengkritik rencana reklamasi Teluk Benoa. Mereka menilai kegiatan menimbunan laut di Teluk Benoa melanggar kepercayaan Hindu di Bali.
"Dalam lontar sudah jelas-jelas disebutkan jika reklamasi itu dilarang. Ada tertulis menguruk laut, loloan (muara), pangkung (jurang), paseh (laut) itu dilarang. Lontar sudah menunjukkan hal itu," ujar tokoh Bali, AA Gde Agung Bagus Suteja.
Ia mengatakan, kalau orang Bali tidak menghayati lontar kuno, maka kebijakan-kebijakannya akan membuat Bali akan hancur lebur. Menurut dia yang nanti menerima akibatnya adalah para anak cucu. Yang dimaksudkan sebagai anak cucu bukan hanya dalam pengertian biologis, tetapi anak cucu yang dimaksud adalah ibu pertiwi.
"Jadi bumi Bali itu yang akan hancur," katanya.
Suteja menilai dalam reklamasi Teluk Benoa, ada beberapa aspek yang harus dikaji. Hal-hal itu adalah aspek politik, ekonomi, hukum dan budaya. Dia menilai kajian yang dilakukan selama ini masih terlalu dangkal karena dilakukan secara instan dan dibalut kepentingan uang dan ekonomi.
"Jangan sampai reklamasi Teluk Benoa membuat masyarakat Bali terpecah, antara pro dan kontra. Harus dikaji dengan sebaik-aiknya," tegasnya.