Rabu 13 May 2015 02:58 WIB

Islam Diminta tak Terpecah Belah karena ISIS

Kelompok bersenjata ISIS   (ilustrasi)
Foto: EPA
Kelompok bersenjata ISIS (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ancaman gerakan radikalisme yang dilancarkan oleh Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) terus menjadi perhatian masyarakat. Ini menjadi alasan bagi Indonesia untuk memperkuat ideologi bangsa dan memahami ajaran agama yang benar. 

Sinergi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), tokoh agama dan lembaga pendidikan harus terus diperkuat agar paham radikalisme dapat ditanggulangi. 

Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr Amirsyah Tambunan mengatakan, jangan sampai masyarakat terjebak dengan berbagai cara atau isu yang tujuannya untuk memecah belah keutuhan bangsa. Apalagi Islam, sebagai agama mayoritas di Indonesia, telah dijadikan musuh oleh dunia Barat setelah selesainya perang dingin dunia usai Uni Soviet hancur. 

"Tidak hanya memanfaatkan isu Sunni dan Syiah, tapi juga dengan politik pecah belah yang dilancarkan dunia Barat. Terbukti  berkecamuknya perang saudara di Timur Tengah, juga keberadaan ISIS yang telah berhasil mengadu domba Sunni dan Syiah," katanya, Selasa (12/5).

Dulu, kata dia, dunia ini terbagai menjadi tiga kekuatan. Yakni, Amerika Serikat, Uni Soviet dengan kekuatan komunisnya, dan dunia Islam. Setelah Soviet runtuh, kini Islam menjadi kekuatan dunia. "Di sinilah Islam dianggap sebagai pesaing dan kekuatan baru oleh AS dan sekutunya. Sehingga harus dihadang bersama-sama," papar dia.

Ketua Umum Pusat Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Prof Dr Ahmad Satori Ismail MA menambahkan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membendung upaya adu domba yang memanfaatkan agama. Pertama bagaimana memberikan pemahaman yang kuat pada bangsa Indonesia tentang agama mereka. 

"Seperti umat Islam wajib mengerti bahwa di Islam itu ada mazhab dan aliran-aliran. Pengertian ini harus diberikan agar tidak mudah diadu domba," ungkapnya.

Kedua, lanjut Satori, perlu dipilah antara Syiah sebagai agama dan politis. Menurutnya, sebagai agama, Syiah juga ada yang moderat. Tapi kalau Syiah politis dinilai memang berbahaya karena mereka bukan lagi mengusung Islam, melainkan tentang kemajusian dan kebersihan.

"Jadi harus dibedakan dan tahu perbedaannya. Kalau paham dengan perbedaan itu, insya Allah upaya pecah belah dengan mengatasnamakan Sunni dan Syiah bisa kita antisipasi. Apalagi Syiah imamiyah yang jelas-jelas akan menghancurkan NKRI karena ajaran mereka harus persis dengan yang ada di Iran," papar Satori.

Namun, ia mengaku belum melihat gejala keterlibatan ISIS dalam upaya pecah belah di Indonesia. "Kalau itu wallohualam. Saya tidak melihat dan semoga tidak terjadi di Indonesia," papar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement