Selasa 12 May 2015 21:34 WIB
Prostitusi Artis

Makin Banyak Harta, Kebutuhan Biologis Manusia Berbeda

Rep: C93/ Red: Karta Raharja Ucu
Praktik prostitusi.   (ilustrasi)
Foto: EPA/Ennio Leanza
Praktik prostitusi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen Antropologi di Universitas Padjadjaran, Bandung, Dede Mulyanto menjelaskan, semakin banyak harta, kebutuhan biologis manusia akan berbeda. Tak heran bisnis prostitusi sulit diberantas lantaran peminat cinta sesaat masih ada.

Ia menuturkan, dalam teori psikologi perkembangan, pemuasan kebutuhan manusia itu terbagi ke dalam kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Sementara makan dan seks itu termasuk ke dalam kategori primer.

 

Dede memaparkan, bagi mereka yang memiliki harta yang berlimpah, tidak cukup hanya dengan terpenuhinya makanan dan seks yang tergolong biasa. Tetapi, mereka akan membutuhkan makanan dan seks yang berbeda.

 

“Berbeda dalam identitas perempuan yang dibeli seperti harus artis, harus pandai dan lain sebagainya,” kata dia kepada ROL, Selasa (12/05).

 

Yang dilakukan orang berharta, konsumsi merupakan bagian dari komunikasi status mereka terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Itu juga menunjukan, ketika kebutuhan dasar manusia terpenuhi, mereka tidak berhenti sampai di situ.

 

“Orang biasa makan di warteg sudah cukup karena definisi makan hanya untuk kenyang. Tapi bagi orang-orang tertentu, bukan itu tujuannya,” ucap dia.

 

RA, mucikari yang memasok perempuan tarif atas ditangkap petugas Polres Jaksel di sebuah hotel bintang lima. Ia ditangkap bersama seorang artis berinisial AA. Keduanya diduga melakukan praktik prostitusi.

 

Bedanya, praktik ini mematok harga yang fantastis. RA juga menyediakan perempuan dengan jaminan kelas atas, seperti artis AA bertarif Rp 80 juta-200 juta sekali short time (3 jam). Konsumen RA pun tak hanya orang berduit di Jakarta saja tetapi hingga mancanegara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement