REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA—Intrik-intrik politik mulai menghangat di tubuh Partai Demokrat menjelang Kongres ke-IV di Surabaya pada 11-13 Mei 2015. Kubu pendukung mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak segan “menyerang” lawan-lawan politiik SBY dalam perebutan kursi ketua umum.
Ruhut Sitompul, Juru Bicara Partai Demokrat yang dikenal sebagai loyalis SBY menyampaikan, hampir seluruh pemegang suara telah memberikan dukungan terhadap SBY. Oleh karena itu, hadirnya calon ketua umum lain adalah mustahil.
“Pak SBY sudah diminta aklamasi, waktu pertemuan-pertemuan kader dari Indonesia barat, tengah dan timur. Sudah 95 persen,” ujar Ruhut dijumpai selepas menghadiri deklarasi dukungan kelompok Jaringan Nusantara untuk pemenangan SBY, di Surabaya, Ahad (10/5).
Kemustahilan adanya kandidat lain, menurut Ruhut, karena calon ketua umum harus didukung setidaknya 30 persen pemegang suara. Angka tersebut, menurut Ruhut ditingkatkan standarnya, dari sebelumnya 20 persen.
Menurut Ruhut, gembar-gembor yang dilakukan Gede Pasek Suardika yang ingin maju mencalonkan diri dan memasang banyak spanduk hanyalah isapan jempol semata. Selain tidak mendapatkan dukungan, menurut Ruhut, pencalonan Gede Pasek juga bermasalah dalam aspek hukum ketatanegaraan.
“Dia kan orang hukum, dia kan pernah ketua komisi III (DPR RI). Dia kan orang DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Mau enggak dia mundur. Lucu, kan independen jadi ketua umum partai,” ujar Ruhut.
Dalam kesempatan tersebut, Ruhut juga menjelaskan kenapa Gede Pasek tidak diundang ke kongres. “Gede Pasek siapa dia? Dia memang tidak diundang. Dia hanya kader. Kader kami ada berapa puluh juta,” kata politisi nyentrik itu.
Terkait Marzuki Ali yang juga mengeluh tidak diundang, Ruhut beralasan, Marzuki adalah bagian dari struktur DPP yang sudah tidak harus menanyakan undangan. “DPP, kok nunggu undangan. Kita ini kan satu rumah tangga, datang dong,” papar mantan pemain sinetron itu.