Sabtu 09 May 2015 15:47 WIB

Warga Ponorogo yang Tanahnya Retak Minta Relokasi

Tanah retak
Foto: Antara
Tanah retak

REPUBLIKA.CO.ID,PONOROGO--Warga Desa Pohijo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, yang rumahnya terancam ambles akibat retakan tanah di wilayah setempat, meminta direlokasi ke wilayah yang lebih aman karena rekahan tanah semakin lebar.

Kepala Desa Pohijo Hartanto, Sabtu, mengatakan akibat gerusan air hujan, rekahan tanah semakin lebar dan dalam. Pada bagian yang awal pekan lalu paling lebar, yaitu hanya sekitar satu meter, kemarin lebarnya sudah mencapai sekitar 1,8 meter.

Kedalaman yang semula hanya sepinggang orang dewasa kemarin juga sudah lebih dalam, katanya.

"Warga di kawasan tanah retak itu jelas butuh relokasi, butuh pindah dari tanah yang mereka tempati sekarang. Tapi sampai saat ini lahan untuk pindah belum ada," ujar Hartanto, kepada wartawan.

Menurut warga, kata Hartanto, kalau tanah yang retak bisa ditutup dan tidak lagi bergerak, mereka masih mau tinggal. Karena mereka sangat mencintai tanah dan wilayah Kecamatan Sampung tersebut.

"Tapi kondisinya saat ini sangat rawan. Hujan sebentar saja, retakan makin lebar. Masih terus bergerak. Ini membahayakan karena rumah warga di situ sudah mulai rusak dan sewaktu-waktu bisa ambruk," kata dia.

Hartanto menjelaskan ada tujuh kepala keluarga yang sangat terimbas dengan bencana alam tersebut. Dari tujuh KK, satu di antaranya telah direlokasi, yaitu Slamet yang tinggal seorang diri.

Rumah keluarga Slamet sudah terbelah dan pertengahan pekan ini sudah dirobohkan warga untuk diambil material kayunya. Namun untuk membangun kembali di lahan lain di tanah keluarga Slamet, masih dibutuhkan bantuan.

Sedangkan enam KK lainnya juga ingin pindah karena takut jika sewaktu-waktu rumahnya ambles atau roboh akibat retakan tanah yang semakin luas.

"Enam KK yang lain juga ingin direlokasi. Kami semua di sini menunggu arahan dari Pemkab Ponorogo, bersedia direlokasi ke manapun warga siap," kata Hartanto.

Salah satu warga yang rumahnya terancam ambles, Rakimin, mengaku terus dilanda ketakutan bila hujan terjadi. Sebab gerakan tanah sangat terasa. Usai hujan, rekahan pasti semakin lebar.

"Rumah saya sudah retak di bagian mana-mana. Bagian depan, belakang, dan samping. Bahkan bagian dapur yang terbuat dari anyaman bambu sudah ambles sebagian. Kalau hujan, gerimis saja, kami sekeluarga langsung mengungsi ke rumah tetangga yang aman," kata Rakimin.

Ia menyatakan siap jika segera beralih dari lokasi sekitar retakan tanah, bahkan kalau harus transmigrasi ke luar Jawa, yang penting aman.

Seperti diketahui, rekahan tanah di Dusun Kangkungan, Desa Pohijo semakin lebar. Rekahan tersebut memanjang sekitar 300 meter dan berada di atas lahan seluas 3 hektare. Rekahan itu mulai terlihat pada akhir Februari dan sempat ditangani oleh Pemkab Ponorogo dengan mengerahkan warga, anggota TNI, dan Polri untuk menutup rekahan dengan tanah dan dipadatkan, namun lahan kembali retak akibat curah hujan yang tinggi.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement