Sabtu 09 May 2015 00:11 WIB

Pertamina Diminta Konsisten Berantas Mafia Migas

Ekplorasi migas
Ekplorasi migas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan, Effendi Simbolon mengaku tak heran jika terjadi praktik kecurangan dalam tender LPG oleh ISC-Pertamina.

"Saya nggak heran lagi kalau permainan tender LPG ini dilakukan oleh Ari Soemarno Cs," katanya di Jakarta, Jumat (8/5).

Sementara, Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara mengatakan, dugaan penyimpangan yang dilakukan PT Pertamina melalui unit usahanya Integrated Suply Chain (ISC) dalam pelaksanaan tender LPG dan dimenangkan Total, dapat membuka peran mafia baru.

Padahal, menurutnya Kementerian ESDM dan Pertamina memiliki semangat reformasi dengan penunjukan direksi yang baru saat ini. "Kalau memang mau memberantas mafia jangan sampai mengulang praktek mafia selama ini, coba ditunjukan konsistensi, jangan hanya slogan untuk menggantikan peran mafia lama dengan mafia baru," kata Marwan.

Ia menambahkan, ISC yang dibentuk untuk mendatangkan keuntungan harus berjalan sesuai dengan tata kelola yang baik. "Kalau ISC ini digadang-gadang untuk menjalankan fungsi korporasi dalam impor migas BBM secara transparan, lebih efisein, efektif, dan tidak KKN ya buktikan itu. Dan benar-benar memberikan tindakan tegas bila terjadi pelanggaran. Artinya, tantangan lebih besar dengan mengusung ISC lebih baik dari Petral," jelas dia.

Pada 23 Februari 2015, unit usaha PT Pertamina (Persero) yakni Integrated Supply Chain (ISC) mengundang tender LPG yang terdiri atas Butane dan Propane untuk loading April 2015 dengan spot total 44.000 mt. ISC-Pertamina menunjuk Total sebagai pemenang tender yang jelas melakukan pricing untuk Maret yang seharusnya dilakukan pada April 2015.

Data tersebut menunjukan ISC-Pertamina dengan Vice President (VP) Daniel Purba telah memenuhi delik korupsi berdasarkan Undang-undang karena perbuatan melawan hukum, memilih pemenang tender LPG tidak berdasarkan TOR yang diumumkan sebelumnya. Selain itu, perusahaan dan negara mengalami kerugian 400 ribu dolar AS atau setara Rp 5,2 miliar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement