REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Demokrat bidang Komunikasi Publik, Hinca Pandjaitan menilai, pilihan partainya untuk kembali mencalonkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai ketua umum adalah desakan kader di akar rumput. Dikatakan dia, mayoritas kader percaya, hanya mantan presiden ke-6 itu, yang mampu mengembalikan dominasi partainya dalam politik nasional.
Diterangkan Hinca, kader pemilik suara dalam Kongres Demokrat meyakini, SBY sosok perekat seluruh kader, dan masih menjadi ikon politik partai pada Pemilu 2019. Hinca mengkoreksi, exit poll yang dilakukan The Centre for Strategic and International Studies (CSIS) soal, figur SBY di internal partai dan para pemilihnya."Hasil Pemilu 2014, bisa kita jadikan data perbandingan," kata Hinca, saat diskusi politik di Komplek Parlemen, Jakarta, Kamis (7/5).
Hinca mengatakan, kehancuran partai Demokrat pada Pemilu 2014, memang sudah diprediksi jauh sebelum hari pemilihan berlangsung. Kata dia, partai Demokrat tak memungkiri ada sikap pesimis para kader menjelang Pemilu 2014. Bahkan, survei internal di partainya hanya memberikan angka tujuh persen untuk keterpilihan si Bintang Mercy.
Beberapa pengamat dan lembaga survei, kata dia, menempatkan partai Demokrat sebagai partai 'payah'. Namun, fakta politik beda. Kata dia, hasil pemilu ketika itu justeru memberikan harapan baik. Partai Demokrat masih mampu mempertahankan separuh pemilih loyal dari pemilu 2009. Partai Demokrat, berada di rangking ke empat, dengan perolehan 10,19 persen suara nasional.
Angka tersebut dianggap Hinca cukup menggembirakan. Sebab, sebagai partai yang tak dijagokan, ternyata masih bisa berada tak jauh dari perolehan suara partai Gerindra (11,81 persen), yang pada pemilu lalu, dianggap rival paling tangguh oleh partai pemenang pertama, PDI Perjuangan (18,95 persen).
Menurut Hinca, kelebihan angka tiga persen itu, merupakan kerja keras kader partai di daerah yang masih melihat SBY sebagai figur penggerak kader untuk pemenangan di Pemilu 2019. "Kami (kader Demokrat) memandang sosok beliau ini memberi vitamin (enerji politik) bagi kader-kader untuk turun ke lapangan dan merebut suara," kata dia.
Sebelumnya, Peneliti politik dari CSIS Arya Fernandez menyampaikan, bahwa kader partai Demokrat perlu mengubah pola alasan mengapa harus mengembalikan SBY sebagai ketua umum. Dikatakan Arya, selama ini, kader yang menyokong menilai SBY satu-satunya figur perekat untuk menyelamatkan partai pada Pemilu 2019 mendatang.
Alasan lainnya, dikatakan Arya lantaran para penyokong menilai, SBY terbukti berhasil memimpin pemerintahan selama 10 tahun. Padahal, alasan tersebut dikatakan Arya tak punya korelasi. Keberhasilan SBY sebagai presiden, tak bisa dikaitkan dengan penokohan SBY sebagai ketua umum.
Ditambahkan Arya, pun sebenarnya, SBY selama menjadi ketua umum partai Demokrat, terbukti tak mampu menjaga loyalitas banyak kader dan tak mampu mempertahankan kepercayaan pemilih terhadap partai Demokrat. Hal tersebut dibuktikan dia dengan hanya 20 persen pemilih partai Demokrat pada Pemilu 2009, yang kembali memilih partai tersebut pada Pemilu 2014.