REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPR Komisi VIII, Saleh Pataonan Daulay Menyayangkan adanya perlombaan menggambar kartun Nabi Muhammad SAW. Menurutnya, tidak pantas negara yang menganut paham demokrasi seperti Amerika Serikat menggelar perlombaan menggambar tokoh agama seperti Nabi.
Padahal, lanjut dia, demokrasi merupakan salah satu fundamental toleransi. “Dalam kasus ini ternyata ada intoleransi yang dipertontonkan masyarakat yang katanya menganut paham demokrasi,” kata dia kepada Republika, Selasa (05/05).
Dia juga menyayangkan, kenapa masyarakat di Amerika itu tidak bercermin terhadap kasus-kasus lama. Contohnya, kasus Charlie Hebdo di Prancis yang menelan korban hingga hampir 12 nyawa. “Padahal Charlie Hebdo sendiri, redaksinya sudah menyatakan sudah tidak tertarik lagi untuk memuat kartun-kartun seperti itu,” tambah dia.
Sebelumnya, Lomba menggambar kartun Nabi Muhammad SAW diselenggarakan oleh American Freedom Defense Initiative, sebuah organisasi yang secara aktif terus menyebarkan kebencian terhadap Muslim di Amerika Serikat. Acara tersebut dihadiri oleh politikus ternama Belanda, Geert Wilders yang selama ini dikenal sebagai tokoh anti-muslim.
Presiden lembaga tersebut, Pamela Geller, mengatakan kegiatan yang diadakannya bertujuan kebebasan berpendapat sebagai respons dari kekerasan ketika menggambar Nabi Muhammad di Charlie Hebdo. Gambar terbaik dari lomba tersebut diganjar hadiah US$ 10 ribu (sekitar Rp 130 juta).