REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Ketua Umum PPP hasil Muktamar Surabaya M Romahurmuziy (Romi) mengatakan Indonesia berpotensi menjadi sarang radikalis jika masifnya penyebaran radikalisme dibiarkan terus-menerus tanpa ada proses preventif maupun represif dari pemerintah dan masyarakat.
"Efek dari radikalisme sendiri adalah munculnya pergerakan teroris yang semakin tumbuh subur," kata Romy saat menyampaikan Khotbah Jumat di Masjid Raya Attaqwa Balikpapan, Jumat (1/5).
Mengutip "Global Terrorism Database" tahun 2013, Romy menyebutkan setidaknya terdapat 678 tindakan yang dikategorikan terorisme di Indonesia yang tercatat sejak tahun 1970-2013.
Menurut Romy, saat ini ideologi radikal disebarluaskan secara masif melalui forum halaqah (seminar), pergerakan maupun media massa yang bisa dijangkau oleh masyarakat luas. Selain itu, ideologi radikal juga disebarluaskan melalui situs web dan media sosial.
Baru-baru ini atas usul Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Kementerian Komunikasi dan Informatika memblok 22 situs yang disinyalir menyebarkan paham radikal, meski kemudian dipulihkan.
Kemkominfo sendiri juga telah memblok 70 situs berkonten radikalisme ataupun terorisme.
"Terlepas pro dan kontra dari sikap BNPT terhadap situs-situs radikal tersebut, fenomena ini seharusnya menjadi 'warning' bagi kita agar senantiasa waspada dan tidak mudah terpengaruh ideologi-ideologi radikal," katanya.