REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalimantan Barat, Abdul Manaf mengungkapkan, salah satu penyebab meluasnya penyakit rabies di Kalbar dikarenakan kerusakan vaksin rabies.
"Salah satu penyebab kembali mencuatnya kasus rabies di Kalbar dikarenakan kerusakan vaksin yang diberikan untuk hewan," kata Abdul Manaf saat menyampaikan keterangan dalam rapat kerja pengendalian penyakit rabies di Kalbar, Kamis (30/4).
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat menggelar rapat kerja untuk mengantisipasi penyebaran virus rabies bersama pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota yang ada di provinsi itu.
"Secara geografis, Kalbar menjadi daerah yang rawan terhadap penyakit rabies. Makanya saat ini kita terus melakukan berbagai upaya pencegahan untuk mengatasi penyebarluasan penyakit ini," tuturnya.
Dia menjelaskan, secara historis sampai tahun 2004 Kalbar memang menjadi daerah yang aman dari penyakit itu. Namun, pada Januari sampai April tahun 2005 ada beberapa kasus penyakit rabies di kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kalteng seperti Ketapang, dimana ada 29 orang yang digigit dan satu orang meninggal.
Menanggapi hal itu, Pemprov Kalbar segera mengambil tindakan untuk upaya pencegahan meluasnya penyakit itu dengan membuat sabuk sakti untuk mencegahnya. Dengan upaya tersebut, Kalbar mendapat tiga sertifikat dari pemerintah pusat, dimana provinsi itu menjadi daerah yang bebas dari penyakit rabies dan flu burung.
Sejak saat itu, Pemprov Kalbar setiap tahunnya selalu melakukan vaksinasi terhadap binatang peliharaan masyarakat seperti anjing dan kucing untuk mencegah penyakit tersebut kembali.
Namun, pada tahun bulan November 2014, kasus rabies di Kalbar kembali mencuat dimana salah satu penyebabnya adalah kerusakan vaksin sebesar 29 persen yang disalurkan kepada masyarakat karena Kalbar tidak memiliki penyimpanan yang baik.
Saat disalurkan kepada masyarakat, vaksin yang ada disimpan oleh petugas kesehatan hewan di lapangan, khususnya di daerah pedalaman, tidak mendapatkan perlakukan yang baik.
"Seperti yang kita ketahui, kondisi listrik di daerah pedalaman tidak semuanya teraliri listrik dan ada daerah yang mendapatkan listrik namun hidup pada malam hari. Nah, vaksin ini memang disimpan di kulkas, namun karena listriknya tidak stabil, menyebabkan penyimpanan vaksin tidak baik dan mengalami kerusakan," tuturnya.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, dia mengatakan pihaknya akan melakukan berbagai upaya lainnya salah satunya dengan melibatkan pemerintah pusat dan pihak terkait lainnya untuk melakukan upaya pencegahan bersama.
"Kita harap, dari hasil rapat hari ini bisa melahirkan suatu upaya pencegahan yang lebih baik dalam mengantisipasi semakin menyebarnya penyakit ini," kata Manaf.