REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Kepala Bidang perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) T Hasudungan Siregar mengatakan pada akhir April 2015, Cina membeli ratusan ton sabut kelapa Sulut.
"Permintaan sabut kelapa dari Cina diharapkan dapat dimanfaatkan petani dan pengekspor Sulut dengan baik," kata Hasudungan, di Manado, Rabu (29/4).
Hasudungan mengatakan ekspor sabut kelapa ke Cina sebanyak 141 ton dengan sumbangan devisa bagi negara sebesar 35.341 dolar AS. Ia mengatakan dari produk serat sabut akan menghasilkan aneka macam produk derivatif yang banyak manfaatnya, berupa pupuk organik bahkan dibuat jok mobil.
Bahan baku sabut kelapa melimpah di Sulut. Tetapi tidak dimanfaatkan dan hanya dibiarkan begitu saja. Namun, ternyata memiliki nilai jual yang tinggi.
"Dulu gonofu (sabut kelapa) hanya dibuang atau dijadikan bahan bakar rumah tangga, sekarang kami beli, mudah-mudahan ekspor sabut kelapa memberi kemajuan ekonomi daerah," katanya.
Sabut tersebut merupakan bagian mesokarp (selimut) kelapa, berupa serat-serat kasar. Sabut biasanya menjadi limbah yang hanya ditumpuk di bawah tanaman kelapa lalu dibiarkan membusuk atau kering. Pemanfaatannya paling banyak hanyalah untuk kayu bakar.
Secara tradisional, masyarakat telah mengolah sabut untuk dijadikan tali dan dianyam menjadi keset.