REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Reaksi keras Presiden Prancis, Francois Hollande, soal rencana eksekusi mati yang menimpa warga negaranya di Indonesia diharapkan tidak akan mengganggu kerjasama pengadaan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) yang selama ini telah terbangun antara Indonesia dengan Prancis.
Meski begitu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenham, Letjen TNI Ediwan Prabowo mengaku pihaknya sudah menyiapkan langkah antisipasi jika terjadi gangguan dalam proses kerjasama pengadaan Alutsista tersebut.
Ia menjelaskan, selama ini pola kerjasama tersebut tidak hanya bersifat Goverment to Goverment, tapi juga Goverment to Business. Berdasarkan pola kerjasama itu, Pemerintah Indonesia bisa melakukan protes apabila di kemudian hari ada sejumlah kerjasama yang dihentikan secara sepihak oleh Prancis.
''Disitu berlaku hukum bisnis juga. Misalnya tiba-tiba dihentikan, tentunya berlaku hukum kontrak bisnis disitu. Jadi kami mengansitipasi saja,'' katanya.
Sejauh ini, Indonesia dan Prancis memang kerap terlibat pengadaan Alutsista. Sebelumnya, Indonesia pernah berniat melakukan kerjasama dengan Prancis terkait pembuatan Kapal Selam. Selain itu, sempat pula ada kerjasama pembelian meriam Caesar 155 mm buatan PT. Nexter, Prancis, untuk dipasok ke TNI Angkatan Darat.
Begitu pun dengan kerjasama Kendaraan Tempur (Ranpur). Indonesia sempat melakukan kerjasama dengan pabrikan mobil Renault untuk menyediakan 250 mesin panser buatan PT Pindad.
Terakhir, Kemenhan sempat mengadakan kerjasama dengan salah satu galangan kapal asal Prancis untuk membuat Kapal Cepat Rudal (KCR). Bahkan, Menhan, Ryamizard Ryacudu, sempat melawat ke Prancis untuk melakukan pemberian nama dan nomor lambung kapal-kapal tersebut, awal Maret silam.
Ediwan mengakui, selama ini hubungan dan komunikasi antara Kemenhan Indonesia dan Kemenhan Prancis berjalan cukup baik. Ia pun berharap, kondisi ini bakal berjalan terus dan tidak terpengaruh dengan rencana eksekusi mati pengedar narkoba asal Prancis, Sergei Areski Atloui.
''Harapan kami tidak ada lah (gangguan terhadap kerjasama Alutsista Prancis dan Indonesia), dan kelihatannya sejauh ini komunikasi kami dengan Prancis baik kok. memang banyak kerjasama antara kami dengan Prancis,'' ujar Ediwan.
Sebelumnya, Presiden Prancis, Francois Hollande, sempat mengancam akan menarik duta besarnya dari Indonesia jika eksekusi mati terhadap Sergei benar-benar dilakukan. Hollande pun meminta Indonesia untuk membatalkan eksekusi mati itu. Pernyataan Hollande ini membuat hubungan Indonesia dan Prancis sempat memanas.