REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Sekelompok mahasiswa Universitas Medan Area (UMA) berhasil memanfaatkan limbah sampah plastik. Sampah plastik yang menumpuk di kawasan kampus UMA berhasil disulap sekelompok Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) UMA, menjadi bahan bakar minyak sejenis minyak tanah.
Nikmatir Rafika Maksum menerangkan, melalui proses yang sederhana seperti yang dilakukannya, satu kilogram sampah plastik dapat menghasilkan tujuh ons minyak tanah mentah. Mahasiswa Ilmu Psikologi yang akrab dipanggil Nibel ini menjelaskan, proses pembuatan minyak tanah ini dilakukan melalui media yang sangat sederhana. Beberapa alat yang diperlukan hanyalah tungku yang terbuat dari kaleng bekas.
"Sampah dimasukkan ke dalam kaleng kedap udara, lalu dibakar. Uap yang dihasilkan dari pencairan diarahkan melalui pipa ke tempat yang disiapkan di ujung pipa," jelas Nibel kepada ROL, di Medan, Senin (27/4).
Dia mengatakan, peralatan sederhana yang digunakan diciptakan sendiri dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang tidak terpakai. Anggota Mapala UMA yang lain, Faisal Reza Nasution mengatakan, penemuannya ini diawali kebiasaan ber-camping di hutan. Kesulitan menemukan kayu kering membuat kawanan mahasiswa memutar otak untuk membawa bahan bakar minyak.
Sementara, menurut pengakuannya, dia dan teman-temannya kesulitan untuk membawa minyak tanah ke lokasi pegunungan. Berangkat dari situlah, teman-temannya mencari cara untuk menemukan bahan bakar.
"Akhirnya kami belajar untuk menciptakan minyak alternator," jelasnya. Sejak saat itulah, dia dan teman-temannya membuat bahan bakar minyak sendiri sebelum berangkat berkemah.