Senin 27 Apr 2015 23:30 WIB

Luhut: Indonesia tak Tolak Bantuan Asing

Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Pandjaitan (tengah) bersama Menteri Pariwisata Arief Yahya (kanan) melakukan Gladi Kotor Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) dan 10 Tahun Kemitraaan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP) di Bandara Halim Perd
Foto: Antara
Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Pandjaitan (tengah) bersama Menteri Pariwisata Arief Yahya (kanan) melakukan Gladi Kotor Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) dan 10 Tahun Kemitraaan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP) di Bandara Halim Perd

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan menegaskan Indonesia tidak menolak bantuan finansial yang diberikan pihak asing kendati Presiden Joko Widodo sempat mengkritik peranan lembaga keuangan dunia dalam penyelesaian masalah ekonomi.

Luhut dalam jumpa pers acara Tropical Landscapes Summit: A Global Opportunity di Jakarta, Senin, mengatakan, dukungan finansial dari negara maju, yang rata-rata asing, nyatanya masih sangat dibutuhkan Indonesia.

"Yang kita tidak mau adalah kita diatur, didikte harus begini harus begitu. Tentu kita tidak mau karena kita bangsa yang berdaulat dan punya sikap yang jelas," katanya.

Luhut meminta publik tidak salah mengerti bahwa Presiden seolah tidak menyambut bantuan asing seperti International Monetary Fund (IMF), World Bank atau Asian Development Bank (ADB) untuk berinvestasi di Indonesia.

Menurut dia, bantuan asing memang dibutuhkan karena Indonesia tidak bisa mengerjakan semuanya sendirian. Di sisi lain, ia menegaskan bantuan asing tak hanya menguntungkan bagi Indonesia tetapi juga bagi pihak pemberi bantuan.

Pasalnya, pihak pemberi bantuan melihat Indonesia sebagai negara maju yang punya pentumbuhan ekonomi yang menjanjikan di masa mendatang. "Sekali lagi, tidak ada keinginan kita untuk menolak bantuan asing. Bahkan sebenarnya bunga dari World Bank itu lebih murah hingga 0,5 persen," katanya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi dinilai mengkritik peran tiga lembaga keuangan dunia yaitu IMF, ADB dan World Bank dalam penyelesaian masalah ekonomi dunia sebagai sesuatu yang usang. Menurut dia, pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa diserahkan hanya kepada tiga lembaga tersebut dan mendesak reformasi arsitektur keuangan global.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement