REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polarisasi peradaban global dinilai semakin beragam menjadi multipolar, Sehingga Barat tidak lagi menjadi satu-satunya 'penguasa'. Momentum Konferensi Asia Afrika (KAA) dinilai mampu membantu menggeser dominasi yang ada di Barat ke Asia.
"Kalau meminjam istilah Kishore Mahbubani, sekarang ada hemisfer baru dunia, yaitu Asia," ujar anggota Komisi I DPR RI, Sukamta, Kamis (23/4).
Sukamta menjelaskan, pada KAA 1955 peradaban global berbentuk bipolar. Yakni blok Barat yang dikomandoi Amerika Serikat dan blok Timur yang dikomandoi Uni Soviet. Kemudian, Presiden Soekarno turut mempelopori terbentuknya negara-negara non blok.
"Perang Dingin melanda dunia saat itu," kata dia.
Namun, setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1991, Perang Dingin berakhir. Hal itu secara otomatis membawa peradaban global kepada unipolar dengan Amerika Serikat sebagai penguasa tunggal. Namun kini tidak lagi.
“Saya setuju dengan Presiden Jokowi yang menyatakan bahwa pandangan yang menyatakan menggantungkan permasalahan dunia kepada World Bank, IMF dan PBB adalah pandangan usang," jelasnya.