REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengamat politik hubungan internasional Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia Asrudin Azwar mengatakan kekompakan atau kohesivitas kerja sama ekonomi pada negara-negara Asia Afrika bisa menjadi kunci untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
"Kalau konferensi ini bisa dijadikan kohesivitas yang kuat dan padu dalam kerja sama ekonomi nantinya akan menciptakan kohesivitas politik, di mana negara akan saling tergantung dan membutuhkan. Amerika Serikat bisa ditekan dengan cara ini," kata Asrudin dalam diskusi publik bertema "Indonesia Pilar Utama Asia?" di Jakarta, Kamis.
Asrudin mengatakan Amerika Serikat (AS) sebagai negara yang mendukung penuh penjajahan Israel atas Palestina, menjadi kunci agar Palestina bisa diakui sebagai negara yang merdeka.
Menurut dia, peningkatan kerja sama ekonomi negara Selatan-Selatan seharusnya lebih didahulukan daripada isu polhukam dunia.
"Saya kira kerja sama ekonomi lebih 'urgent' untuk dilakukan. Saya lihat Presiden (Jokowi) masih fokus terhadap isu yang lebih besar seperti kemerdekaan Palestina dan reformasi Dewan Keamanan PBB," kata dia.
Ketika kekuatan ekonomi antarnegara Asia Afrika bisa dibangun, kata dia, maka permasalahan dunia yang lebih besar, seperti perjuangan kemerdekaan Palestina bisa direalisasikan.
Asrudin memandang kerja sama ekonomi di kawasan Selatan masih minim dengan melihatsumbangan perdagangan negara Asia ke Afrika sebesar 26 persen dan Afrika ke Asia sebesar tiga persen.
Namun demikian, fakta bahwa Palestina belum diakui kemerdekaannya oleh dunia internasional setelah 60 tahun Konferensi Asia Afrika digelar, menurut dia tidak bisa dikesampingkan.
Presiden Joko Widodo pun dalam pidato pembukaan KAA, Rabu lalu, mengingatkan kembali akan janji "Semangat Bandung" yang menuntut kemerdekaan semua bangsa di Asia dan Afrika, tanpa terkecuali Palestina.
Pada kenyataannya, Presiden menilai dunia bahkan PBB tak bisa berbuat apa pun ketika Palestina mengalami penjajahan hingga kini.