REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kaum perempuan Indonesia ternyata masih mengalami kesulitan akses untuk masuk ke ranah publik.
"Kalau kita lihat secara menyeluruh, di beberapa daerah di Indonesia yang lain masih banyak yang ranahnya sangat dibatasi ke publik," kata Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Perempuan Magdalena Sitorus, Rabu (22/4).
Hal itu, dilihatnya, tidak hanya dialami oleh perempuan yang tinggal di daerah pedalaman, tapi juga dialami oleh perempuan di kota-kota besar.
Ia menuturkan, perempuan yang bisa mengecap pendidikan tinggi, belum tentu bisa mencapai apa yang ingin dicapai. Perempuan sulit mengapresiasikan pemikiran yang sistematis karena kurangnya kesempatan yang diberikan.
"Perjuangan emansipasi juga berarti memperjuangkan supaya perempuan tidak terdiskriminasi dalam mengakses berbagai hal," ujar dia.
Menurutnya, perempuan masih dibebani oleh pekerjaan domestik. Hal itu yang didapati perempuan setinggi apapun pendidikannya, setelah menikah.
"Perempuan memiliki beban yang multi, bukan lagi ganda," ungkapnya.
Oleh karena itu, kata dia, perjuangan perempuan untuk mencapai kesetaraan dan meraih ranah publik dengan leluasa, masih sangat panjang. Sebab meski saat ini secara teknologi, masyarakat sangat maju, tapi paradigma berfikirnya masih merendahkan perempuan.